24 Maret 2013

PKS Belum Tertarik Nominasikan Prabowo

 RMOL. Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto selalu menempati posisi atas di berbagai survei. Namun hal tersebut tidak membuat PKS mau membuka dukungan kepada Prabowo. Malah, PKS melihat survei yang selalu menempatkan Prabowo di peringkat atas hal yang menjemukan.

“Kita jenuh juga dengan hasil survei itu, karena dari segi gagasan saja belum ada yang baru. Belum ada yang menarik sampai sekarang,” kata Wakil Ketua Fraksi PKS Mustafa Kamal kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Sebagaimana diketahui, Prabowo kembali menjadi capres potensial dalam survei yang digelar oleh Publica Research & Consulting dengan dukungan 7,9 persen. Prabowo hanya kalah dari Jokowo yang berada di peringkat atas dengan dukungan 16 persen.

Survei dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan jumlah sample 1.300 dari 18 hingga 21 Februari 2013. Margin of error 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Data diperoleh dari buku telepon yang diterbitkan PT Telkom. Pemilihan nomor telepon rumah tangga ditentukan secara acak sistematik dan penentuan responden dilakukan secara acak murni.

Menurut Mustafa, PKS memang belum mau membicarakan Pilpres 2014 mengingat partainya pingin fokus dulu hadapi pemilu legislatif. Pembicaraan baru dilakukan setelah perolehan suara PKS jelas.

Tapi pastinya, partainya hanya akan mendukung capres yang punya gagasan baru untuk bangsa ini pasca pemerintahan SBY berakhir.

Gagasan ini mulai dari kebijakan energi, pangan, luar negeri hingga kebijakan yang paling mendasar yang dibutuhkan bangsa ini untuk lebih baik setelah SBY. Nah, ini menurutnya, belum dimiliki oleh Prabowo.

“Sampai saat ini semuanya masih normatif. Padahal kita memerlukan pemimpin yang berkarakter kuat untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial, budaya dan masalah lainnya yang memprihatinkan,” tambahnya.

Dengan asumsi tersebut, PKS, lanjut dia, belum tertarik menominasikan Prabowo sebagai salahsatu capres di PKS, mesti di berbagai survei  diunggulkan.

“Itu kan yang disurvei. Kita justru melihat nggak terlalu menarik. Tapi kami masih menunggu gagasan dia apa terhadap masa depan bangsa ini. Selama gagasannya belum ada kita belum tertarik nominasikan dia,” katanya.

Pendukung Prabowo di eksponen Pemuda dan Pelajar Angkatan 66, Anhar Nasution justru melihat bahwa dukungan pada Prabowo yang makin kuat di berbagai survei menunjukkan bahwa memang figure Prabowo banyak diidamkan  masyarakat.

“Kami kan yang lebih sering terjun ke masyarakat, bukan onderbouw Gerindra, bukan juga dibentuk Prabowo dan saya melihat makin banyak yang menginginkan Prabowo nyapres. Ini tidak bisa dibendung lagi,” ujarnya.

Menurut Anhar, public menganggap Prabowo merupakan figur tegas dan disiplin. Prabowo juga dianggap cepat mengambil keputusan. Nah fenomena inilah yang kemudian membuat elektabilitas Prabowo semakin hari semakin menguat.

“Dukungan masyarakat ke Prabowo itu bukan rekayasa, bukan juga pencitraan. Iklan Prabowo selama ini kan normatif saja, tapi gerakan yang kami buat dari mulut ke mulut inilah yang kemudian membuat orang tertarik dengan Prabowo. Kita dukung Prabowo juga betul-betul murni panggilan jiwa,” tambah dia.

[Harian Rakyat Merdeka]

01 Maret 2013

Ayo Dewasakan Bangsa Ini Hari Ini Juga…!!

Oleh: Elly Sumantri
Reformasi telah hampir memasuki usianya yang ke lima belas tahun. Jika diibaratkan manusia, maka itu usia seorang anak yang sedang berjuang mencari Jati diri. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan usia kemerdekaan Indonesia yang hampir memasuki usia 68 tahun, maka usia lima belas tahun masih sangat jauh. Ibarat kakek dengan cucu.

Dahulu ketika masa usia kemerdekaan bangsa Indonesia masih sangat muda, kelakuannya juga seperti usia reformasi, masih mencari jati diri. Bahkan pada usianya yang ke-52, bangsa ini belum memiliki jati diri aslinya. Ibarat anak kecil atau remaja, ia masih mencoba-coba hal baru, berusaha diinternalisasi dalam diri sehingga menjadi kepribadian yang utuh. Sehingga pada akhirnya akan terbentuklah jati diri.
Melalui analogi di atas, penulis ingin mengajak semuanya berfikir, sesungguhnya hingga hari ini bangsa kita masih seperti anak kecil. Usia sudah sangat renta, bahkan sudah “bau tanah” tapi tetap saja kelakuan, tingkah, polah masih seperti anak yang berumur belasan tahun. Jati diri merupakan identitas terpenting dari seorang manusia, selintas orang lain tidak akan menanyakan nama, yang ia lihat adalah seperti apa tingkah laku kita. Baru kemudian menanyakan nama kita. Tidak sedikit orang yang terjebak ketika ia menanyakan nama terlebih dahulu. Ya, terjebak pada persepsi nama, terjebak pada persepsi usia.
Tulisan ini sebenarnya terinspirasi dari berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Penulis menjadi terpikir, apa iya bangsa ini akan maju, tegak berdiri sejajar dengan bangsa lain dengan wibawa yang besar??
Mengapa saya ambil analoginya dari peristiwa reformasi? Alasan yang pertama adalah reformasi merupakan momentum terbukanya kran komunikasi, kran demokrasi yang selama ini tersumbat. Sejak dahulu, dari rezim Soekarno, Soeharto berlanjut hingga saat ini Negara ini tetap mengklaim diri sebagai Negara demokrasi. Akan tetapi, para pemimpinnya sendiri banyak yang mengkhianati demokrasi itu sendiri dengan diktatorisme.
Kedua, penulis beranggapan bahwa reformasi adalah satu fase dimana bangsa ini memasuki usia dewasanya walaupun memang agak terlambat. Dewasa dalam artian mampu berlaku bijaksana, santun, tidak manja dan tidak plin-plan. Akan tetapi dewasa belum tentu memiliki jati diri.
Ketika Soekarno memimpin (penulis tidak menggunakan istilah ORLA dan ORBA), negeri ini sudah beberapa kali bongkar pasang. Berbagai sistem dicoba, mulai dari Demokrasi Liberal yang dekat dengan Amerika Serikat, Demokrasi Terpimpin yang dekat dengan Uni Sovyet. “Memelihara” komunisme pun sudah pernah dicoba dan bahkan sang presiden juga cenderung pada pemikirannya. Pada masa Soeharto, kita habis-habisan menerapkan Pancasila bahkan secara kebablasan dengan anti kritiknya Soeharto.
Di kedua era tersebut, bangsa ini terkungkung di dalam sebuah penjara pemikiran dan ide kreatifitas. Tidak banyak ideologi pemikiran yang ditawarkan dalam mengelola negeri ini. Salah satu penawaran muncul dari kaum Islamis. Mereka menawarkan konsep Islam dalam menjalankan roda organisasi bangsa ini. Namun, apa lacur, gerakan-gerakan penentangnya terus menebar fitnah dan berusaha menjegal sehingga belum sempat system itu berjalan dengan sempurna ia harus tumbang dan di bumi hanguskan (kasus Partai Masyumi pada era Soekarno).
Ketika terjadi pergolakan pada tahun 1965 dan klimaksnya pada 1966 saat Soeharto dilantik menjadi Presiden, harapan baru sempat muncul. Gerakan-gerakan Islam bersatu padu menyokong Soeharto, namun lagi-lagi mereka dikhianati. Belum lagi arus Islam politik memberikan penawaran ide dan konsep, baru ada benih saja sudah dibakar sehingga benar-benar tidak bisa hidup. Di lain pihak arus Islam kultural menebar pemikiran yang mampu merusak ummat dengan slogannya “Islam Yes Partai Islam No”, hal ini tambah memperburuk keadaan.
Akhirnya, ketika 1998 terjadi reformasi, gerakan Islam politik merasa mendapatkan angin segar. Bermunculan partai-partai dengan berideologi dan berasaskan Islam ikut pertarungan politik. Gerakan Islam politik menjadi sesuatu yang laris karena memang masyarakat secara naluri ingin kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang punya harkat, martabat dan mampu menjalankan nilai-nilai keagamaan secara lebih leluasa.
Islam cultural dengan Slogan “Islam Yes Partai Islam No” semakin tidak laku. Buktinya, partai-partai Islam yang mengusung pemikiran tersebut semakin hari semakin sepi konstituen. Mungkin, inilah saatnya bangsa ini memiliki jati diri. Kita sudah beberapa kali mencoba berbagai system, tapi gagal. Saatnya kita dewasa untuk melaksanakan system yang sebenarnya sudah lama ditawarkan tapi selalu dijegal.
Akhir-akhir ini, fenomena penjegalan itu muncul kembali. Ini akan mengulangi kembali sejarah yang belum lama kita rasakan. Berbagai media dengan sangat gigihnya memberikan pencitraan negative terhadap partai-partai Islam. Berbagai isu dihembuskan, “partai Islam akan tenggelam, partai islam akan habis, elektabilitas partai Islam menurun, dan lain sebagainya.” Para pengamat seperti kebanjiran pesanan untuk memberikan statemen yang menjatuhkan tersebut. Belum lagi serangan media melalui isu-isu yang tidak sedap, misalkan salah satu media cetak (surat kabar nasional) dengan sangat getol memberitkan berbagai berita buruk tentang salah satu partai Islam beserta tokoh-tokohnya. Entah berita itu dari sumber yang dapat dipercaya atau tidak, valid atau tidak. Tidak juga ketinggalan televisi-televisi nasional membesar-besarkan berita.
Baru-baru ini, pertarungan di Jawa Barat dengan pemilihan gubernur dan wakil gubernur sungguh di luar dugaan salah seorang calon membukakan rahasia penjegalan tersebut, entah dirinya sadar atau tidak. Satu-satunya calon perempuan pada kompetisi itu hingga hari ini tidak mau legowo dengan kekalahannya pada hasil penghitungan cepat. Segala cara ditempuh untuk mengganggu jalannya proses demokrasi yang sudah berjalan baik tersebut. Misalkan, dengan percaya diri dia mengatakan bahwa dia menang menurut satu media. Setelah dicek ternyata media yang dimaksud adalah surat kabar di atas yang itu hitung-hitungannya pun tidak jelas. Saya menduga, ada kerjasama antara kandidat dengan media tersebut. Media juga menyebarkan isu korupsi di Bank Jabar Banten (BJB), padahal itu semua ditepis itu BJB sendiri dan dibantah oleh para pengamat.
Usaha-usaha penjegalan arus Islam politik semakin deras, contoh di atas baru di satu daerah dengan level daerah juga, bagaimana di daerah lain dan juga di level nasional?
Sekali lagi, bagaimana kita akan dewasa jika terus seperti ini, bagaimana bangsa kita bisa tegak sejajar dan dengan wibawa yang tinggi dihadapan bangsa lain? Kalau pelaku politik tidak mampu bersikap dewasa. Marilah kita mantapkan jati diri kita. Bangsa ini sudah tua, ia juga tidak abadi, jadi jangan sampai ketika ajal bangsa ini telah sampai, kelakuannya masih seperti anak belasan tahun.

28 Februari 2013

PILIH ORANG YANG TEPAT...!!


KONSER KEMANUSIAAN PEDULI PENDIDIKAN PALESTINA


WORKSHOP MEDIA DPD PKS BANYUASIN


































Pengumuman:
Hadirilah acaraWorkshop Media dengan tema 'Pemanfaatan IT Sebagai Sarana Counter dan Penetrasi Dakwah"
Hari/Tanggal: Ahad, 17 Maret 2013
Waktu: Pukul 08.30 - hingga selesai
Tempat: BPTU Sembawa
Materi:
  1. Peran Media Dalam Eksistensi Dakwah (Erza Saladin, ST/ Anggota Komisi I DPRD Propinsi Sumatera Selatan dari Fraksi PKS
  2. Jurnalistik Prakstis (Hadi Prayogo/Pemimpin Redaksi Sriwijaya Post)*
Perlengkapan:
  1. Laptop
  2. Modem
  3. Kamera
  4. Alat Tulis
  5. Smart Phone/Tablet
Demikian  pengumuman ini untuk dapat dihadiri oleh kader DPD PKS Banyuasin.
Terima kasih.

TTD,
Tim Media DPD PKS Banyuasin

24 Februari 2013

DPC PKS Kemuning Gelar Pengajian Akbar

PALEMBANG - Untuk memperkokoh dan menyolidkan kader serta menjaring kader-kader baru, DPC PKS Kemuning Kota Palembang mengadakan pengajian akbar rutin dua pekanan. Kali ini (23/2/2013), pengajian diadakan di Sekretariat DPC PKS Kemuning yang dihadiri oleh sekitar seratusan orang yang terdiri dari kader dan simpatisan.
Berkesempatan untuk mengisi taujih Wakil Ketua DPRD Sumsel dari PKS, Ustadz Drs. H. Iqbal Romzi. Dalam taujihnya, ustadz Iqbal menyinggung soal pentingnya silaturrahim dan saling memberi nasehat. "Saling mencintailah kamu karena Allah," ungkau beliau.
Menurut Adi, Sekretaris DPC Kemuning kegiatan ini bertujuan untuk menambah tsaqofah (wawasan) para pengurus, kader dan simpatisan juga untuk mempererat silaturrahim. Spesialnya juga adalah pengajian kali ini juga dalam rangka tasyakuran menempati sekretariat yang baru. (es)

17 Februari 2013

Menangkan PILWAKO DPD PKS Palembang Laksanakan Pelatihan RT -RH

PALEMBANG - DPD PKS Kota Palembang kembali mengadakan kegiatan Pelatihan Regu Tangguh Romi-Harno (RT-RH) (17/2/2013) bertempat di Aula DPRD Propinsi Sumatera Selatan yang merupakan RT-RH gabungan dari setiap DPC PKS yang ada di Kota Palembang. Pelatihan yang melibatkan seluruh kader PKS Kota Palembang ini dilaksanakan secara massif dan marathon dimulai sejak dua pekan yang lalu (3/2/2013).
Walaupun sudah lewat tengah hari dan menerima beberapa materi sejak pagi tapi ratusan peserta yang hadir masihbsangat antusias mendengarkan materi yang disampaikan oleh para trainer. Di akhir acara nanti akan ada kegiatan turun ke lapangan mensosialisasikan pasangan RH kepada masyarakat.
PKS Kota Palembang secara resmi telah menyatakan mengusung pasangan H. Romi Herton dan H. Harnojo pada Pemilihan Walikota Palembang 7 April 2013 mendatang. Maka sebagai bentuk komitmen DPD PKS Palembang siap memperjuangkan RH meraih kemenangan menuju Palembang Kota ber-Keadilan, Religius dan Sejahtera.
Ketua DPD PKS Palembang, Adi Apriliansyah, SE mengatakan bahwa program yang akan dijalankan sebagai wujud nyata dukungan dan pelatihan RT-RH ini adalah turun langsung mengajak masyarakat untuk mendukung dan memilih pasangan RH pada Pilwako yang akan datang. (es)