22 November 2009

Hanya Sebuah Seruan

Dengar hai dengar seruan beraksi
Untukmu segenap penegak reformasi
Bergerak bersama tuntaskan reformasi slamatkan rakyat negeri ini
Amanah pertiwi jangan dikhianati enam visi reformasi dinanti

Masih ingatkah kawan-kawan semua dengan lirik lagu yang begitu menggelorakan jiwa tersebut. Mendengarnya akan membangkitkan jiwa perlawanan Anda terhadap ketidak adilan. Apalagi bila kita benar-benar menjalankan amanah lirik syair di atas.
Tapi justeru yang terjadi saat ini jangankan mendendangkan lagu tersebut di jalanan kawan, mendengarkannya pun kita mungkin tak sudi sebab itu adalah lagu klasik yang tidak lagi sesuai dengan zaman sekarang. Maklum zaman sekarang adalah zamannya berdiplomasi lebih utama, tak berhasil pun tak apa-apa toh sudah dapat jatah beasiswa. Kata-kata "Seruan Beraksi" menjadi kata-kata yang sangat tabuh. Bagaimana tidak, mengungkap kasus korupsi di kampus sendiri tidak berani sebab takut intimidasi. Atau juga mengkritisi kebijakan birokrat tak punya nyali karena merasa hutang budi. Bagaimana pergerakan tidak mati jika kondisinya seperti ini...??
Retorika-retorika sampah dimana-mana mulai dituliskan. Seruan untuk kembali memilih pada perhelatan akbar tahunan "PEMIRA UNSRI" juga mulai bertebaran. Duh sedihnya diriku melihat para mahasiswa hanya menjadi alat tapi toh nanti setelah terpilih tak ada yang berfikir kesejahteraan mereka... Lagi-lagi yang terpilih tak punya taji, tak punya nyali untuk menggedor pintu birokrasi. Lagi pula Komisi Pemilihan Umum tidak transparan, tidak independen, tidak adil dan tidak jujur. Pengebirian terhadap hak-hak mahasiswa ini terlihat dari minimnya waktu pendaftaran Bakal Calon Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa. Tidak independen dan tidak jujur karena ternyata ada pasangan Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa yang tidak mampu melengkapi syarat administrasi pada waktu yang ditentukan (Jum'at, 20 November 2009 pukul 24.00 WIB). Bahkan yang paling menyedihkan adalah Ketua KPU tidak bersedia memberikan informasi nama-nama Bakal Calon yang telah mengembalikan formulir. Padahal itu adalah hak publik untuk mengetahuinya dan mengaksesnya setiap saat.
Apakah ini yang dimaksudkan oleh KPU dan sebagian "orang-orang besar" kampus sebagai pencerdasan politik...?? Bukankah sebaliknya bahwa ini adalah pembodohan terhadap mahasiswa, pembohongan dan pengebirian hak-hak mahasiswa. Konstituen dibodohi dan yang berkepentingan merasa puas. Itu timbal baliknya. Saya tidak menyalahkan ada yang berkepentingan di sini, yang saya permasalahkan adalah cara-cara yang dipakai untuk mencapai kepentingan itu ternyata tidak baik.
Bagi Anda yang merasakan hal yang sama yang tidak mau membohongi hati nuraninya maka saya yakin Anda pasti sepakat dengan saya. Untuk apa meneruskan sesuatu yang telah cacat sejak awal dan cacatnya itu sendiri ternyata juga dilakukan dalam kondisi sadar. Hanya ada dua pilihan saat ini kawan, dan ini hanya sekali lagi hanya sebuah seruan bagi Anda yang tidak ingin membohongi hati nurani. Pilihannya "BUBARKAN KPU atau BOIKOT PEMIRA UNSRI."

ditulis dengan penuh keharuan mengenang kejayaan masa lampau. Tapi sayang perjuangan dan pengorbanan itu telah dinodai...
Oleh : Elly Sumantri
CP : 085268393362
email : kak_elly_fkipunsri@yahoo.co.id
facebook : syabab_alfath@yahoo.com
http://www.ellysumantri.blogspot.com

06 November 2009

Mahasiswa dan Awak Angkutan Berunjuk Rasa



Kamis, 5 November 2009 | 23:53 WIB

PALEMBANG, KOMPAS.com - Sedikitnya 150 mahasiswa dan awak angkutan khusus mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Perjuangan Transportasi (APT) berunjuk rasa di kantor Gubernur Provinsi Sumatera Selatan, Palembang, Kamis (5/11). Mereka menuntut bus angkutan khusus mahasiswa diijinkan lagi melewati rute dalam kota.

Massa APT yang terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sriwijaya, BEM Fakultas se-Unsri, Serikat Buruh Transportasi dan Angkutan (SBTA) mendatangi kantor gubernur dengan sekitar 20 bus angkutan khusus mahasiswa. Unjuk rasa ini mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian.

Beberapa perwakilan mahasiswa dan SBTA ditemui Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Sumsel Sarimuda. Mereka berdialog di dalam kantor gubernur.

Bus angkutan khusus sekarang dilarang beroperasi di dalam kota. Ini sangat merugikan mahasiswa dan tidak berpihak kepada sopir. Tidak mungkin mahasiswa setiap hari terlambat datang ke kampus dan pulang karena rute transportasi yang berbelit, ujar Elly Sumantri, Menteri Aksi dan Propaganda BEM Unsri .

Akibatnya, bila ingin ke dalam kota, mahasiswa harus berganti angkutan umum lain. Ongkosnya jadi lebih mahal. Ini jelas memberatkan, waktu tempuh ke kampus atau ke rumah juga jadi makin lama, kata Iqbal, seorang mahasiswa.

Aliansi ini menuntut dijalankannya rute win-win solution yang tidak merugikan mahasiswa dan awak angkutan. Rute ini yaitu berangkat dari Cinde-Ampera-Jalan Ki Merongan-Jalan Raya Palembang Indralaya-Kampus Unsri Indralaya dan pulangnya dari K ampus Unsri Indralaya-Jalan Raya Palembang Indralaya-Musi II-Bukit Besar-Jalan Demang Lebar Daun-Polda -Jalan Jenderal Sudirman-Cinde.

Ahmad Akbar Sirait, Sekretaris SBTA menjelaskan, unjuk rasa itu merupakan buntut dikeluarkannya SK Gubernu r Sumsel Nomor 561 tahun 2004 yang mengatur perubahan rute melarang angkutan khusus maha siswa masuk kota. Setelah dilakukan unjuk rasa 37 kali, pada 2006 dicapai kesepatakan rute baru yang membolehkan bus masuk kota lagi. Akhir-akhir ini kesepakatan dilanggar oknum aparat yang menilai kesekapatan itu sudah tidak berlaku karena gubernur sudah ganti. Bus tidak boleh masuk kota, bila masuk ditilang, katanya.

Pihaknya minta kesepakatan awal dijalankan lagi dan dibuat regulasi baku yang mengatur trayek bus angkutan khusus mahasiswa. Selain itu, bus diharapkan bisa mengakut penumpang umum tanpa dibatasi jam, tidak hanya di atas jam 12 siang seperti selama ini .

Di hadapan para pengunjuk rasa, Sarimuda mengakui beberapa minggu terakhir ini, kesepakatan yang pernah dibuat antara APT dan Pemprov Sumsel pada tahun 2006, dilanggar. Parahnya, pelanggaran itu dilakukan sejumlah petugas dengan diwarnai praktik pungutan liar pula.

Saya berjanji, dalam dua hari ini, kesepakatan tahun 2006 itu akan dijalankan kembali. J ika ada oknum Dinas Perhubungan yang melakukan pungli, tolong laporkan ke saya, katanya. (RWN/LAS)

30 Oktober 2009

Masalah Angkutan Khusus, Bukti Kegagalan Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Transportasi Mahasiswa

Oleh: Elly Sumantri
Menteri Aksi dan Propaganda BEM Universitas Sriwijaya

Sarana trasportasi adalah salah satu kebutuhan utama bagi setiap warga masyarakat, apalagi mahasiswa. Maka, harus ada ketentuan dan kepastian dan perhatian terhadap hal tersebut. Tidak mungkin mahasiswa setiap hari akan terus terlambat datang ke kampus dan juga terlambat datang ke rumah hanya karena urusan rute transportasi yang berbelit-belit. Ditambah lagi pengeluaran ongkos akan meningkat karena berkali-kali harus berganti mobil.

Seorang teman bercerita kepada saya, suatu sore ia tidak mendapatkan mobil angkutan untuk pulang ke Inderalaya dari Palembang. Alhasil, diapun terpaksa berjalan kaki menyeberangi Jembatan Ampera untuk mendapatkan kendaraan. Untuk naik angkot atau bus kota, uangnya sudah pas-pasan untuk ongkos pulang ke Inderalaya. Namanya juga mahasiswa. Usut punya usut ternyata bus Angkutan Khusus yang biasa dinaiki mahasiswa UNSRI dari depan International Plaza ternyata tidak berani menyeberang karena takut ditilang polisi. Padahal statusnya "Angkutan Khusus".

Itulah sekelumit kisah seorang mahasiswa dan mungkin mahasiswa-mahasiswa lain yang sangat merasa dipersulit oleh sebuah peraturan "aneh". Saya tak pernah menyalahkan para sopir yang harus menurunkan kami di Pamor dan tidak boleh menyeberang Jembatan Ampera, atau para sopir yang harus membayar "upeti" kepada para "pengemis berseragam" karena memang aturan yang dibuat sangat menyulitkan sopir dan terlebih mahasiswa.

Belum lagi rute yang ditentukan melewati Musi II, masuk daerah Bukit Besar, kemudian terus ke Jalan Demang Lebar Daun dan akhirnya keluar dan melintasi Jalan Jenderal Soedirman. Sangat berbelit-belit. Banyak kerugian yang dirasakan mahasiswa, minimal ada dua:
Pertama, tidak efisien waktu. Sangat banyak waktu yang dibutuhkan dan terbuang hanya karena rute yang berbelit-belit ini. Belum lagi ditambah macet. Maklum Palembang kota besar yang sibuk. Akhirnya, mahasiswa terlambat datang ke kampus.
Kedua, menambah beban biaya mahasiswa dalam hal ini ongkos. Tak pelak, ongkos harus disiapkan lebih yang itu berarti menambah anggaran biaya bulanan.

Permasalahan angkutan mahasiswa ini haruslah secepatnya diselesaikan sebab imbas dan dampaknya bagi mahasiswa cukup besar. Memang ada angkutan alternatif yang dibuat oleh pemerintah. Kereta api. Yach... berkali-kali kita diminta untuk berbangga karena mungkin satu-satunya kampus yang punya angkutan kereta khusus di Indonesia hanyalah Universitas Sriwijaya. Tapi apakah kereta api ini sudah cukup efektif? Ternyata tidak juga. Justeru banyak mahasiswa yang mengeluhkan ketidak efektifan kereta tersebut. Selama kereta api tersebut masih menggunakan jalur kereta umum maka angkutan tersebut tidak akan pernah membantu mahasiswa justeru akan terkesan mubazir. Solusinya adalah bahwa pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan harus mengusulkan pembangunan jalur khusus, tidak disamakan dengan jalur umum. Jalur yang dibuat pun harus jalur ganda. Masalah lokasi stasiun di Palembang mestilah yang mudah dijangkau oleh mahasiswa, bukannya di Stasiun Kertapati yang sangat jauh dari jangkauan.

Apabila segala yang terkait dengan permasalahan angkutan ini tidak segera diselesaikan maka kami nyatakan pemerintah dalam hal ini Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Kota Palembang telah gagal mengatasi masalah transportasi mahasiswa Universitas Sriwijaya. Maka, kami menuntut:
1. Dikembalikannya rute Bus Angkutan Khusus melalui Kertapati-Pamor-Jembatan Ampera-Pasar 16 Ilir.
2. Ditegakkannya aturan yang jelas bagi setiap Bus Angkutan Khusus sesuai dengan statusnya sebagai Angkutan Khusus.
3. Uji kelayakan kendaraan untuk menjadi Angkutan Khusus dalam hal ini kelengkapan administrasi (trayek resmi, pajak,dll.) sehingga ada jaminan ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Tindak para oknum yang selama ini telah dan yang tertangkap tangan sedang melakukan hal-hal yang tidak sesuai aturan termasuk pihak-pihak instansi pemerintahan di lingkungan Dinas Perhubungan dan pihak Kepolisian (Satlantas).

Ketika tuntutan ini telah dipenuhi dan dijalankan sebagaimana mestinya, kami yakin tidak akan terjadi lagi kekisruhan terkait permasalahan angkutan mahasiswa Universitas Sriwijaya. Terakhir, kami akan terus bersuara dan bergerak ketika ketidak adilan yang kami rasakan.

28 Oktober 2009

Pemuda dan Masa Depan Indonesia

Oleh: Elly Sumantri
Menteri Aksi dan Propaganda BEM UNSRI


Abu Bakar r.a. menghantarkan sendiri pasukan besar yang di dalamnya tergabung begitu banyak sahabat utama Rasulullah seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abu Thalib, Ibnu Mas'ud, dll. Sang Khalifah sengaja menghantarkan mereka dengan berjalan kaki sambil menuntun seekor kuda perang. Namun yang mengherankan di atas kuda tersebut duduk seorang pemuda belia berusia dua puluhan tahun. Bukannya tidak sopan atau sang pemuda berlaku lancang sehingga sang Khalifah menuntun kuda pemuda tersebut, ternyata itu adalah kehendak khalifah sendiri. Siapakah gerangan pemuda tersebut?

Itulah Usamah bin Zaid yang sejak masa Rasulullah, beliau dan pasukannya telah dipersiapkan untuk menghadapi pasukan negara adidaya Romawi. Tampuk kepemimpinan pasukan tak berubah setelah Rasulullah wafat. Bahkan ketika orang-orang meminta Umar untuk menyampaikan penggantian Usamah karena usianya yang terlalu muda, Umar kembali dengan membawa kemarahan Abu Bakar. "Apakah kalian menyuruhku untuk mendurhakai Rasulullah?" ucap beliau.

Namun, bukanlah kisah ini yang akan saya ketengahkan sebab saya yakin sudah sangat banyak yang mengetahui sejarah ini. Di balik itu semua ada banyak rahasia yang tersirat. Tapi, satu kata kuncinya, PEMUDA. Itulah keywordnya. Pemuda sampai kapanpun tidak akan pernah terlepas dari sejarah manusia. Ia adalah bagian dari masyarakat bahkan itu adalah salah satu fase dalam kehidupan kita.

Pemuda kalau di Indonesia disebutkan dalam Undang-Undang Kepemudaan yang baru yang disahkan oleh DPR-RI pad 15 September 2009 yang lalu adalah mereka yang berusia antara 16-30 tahun. Jadi jika Anda yang berusia lebih dari 30 tahun masih mengurusi organisasi kepemudaan maka segera wariskanlah kepada yang lebih muda. Siapakah dan bagaimanakah seharusnya karakter pemuda itu? Selain dari batasan umur di atas pemuda dapat didefinisikan awal dari masa-masa kedewasaan. Pemuda cenderung mempunyai sikap memberontak, penuh dengan inisiatif, kreatif, cenderung antikemapanan dan penuh dengan segala intrik yang bertujuan untuk menemukan jati diri. Pada masa-masa pencarian jati diri tersebut apabila sikap dan segala tindakannya tidak termenej dan terkontrol dengan baik maka bisa jadi akan terjerumus pada hal-hal negatif. Misalkan, maraknya kenakalan remaja, free sex, penyalahgunaan narkoba, dll adalah imbas dari tidak terkontrolnya sikap pencarian jati diri tersebut.

Terus pertanyaannya adalah bagaimana menjadi pemuda yang sesungguhnya? Masih ingat kisah di atas? Itulah pemuda yang sebenarnya. Masih ingat momentumnya hari ini? Itulah pemuda yang sesungguhnya. Kalau dulu pemuda mengangkat senjata melawan penjajahan maka sekarang seharusnya tak ubahnya masa dahulu. Saat ini kita juga mesti mengangkat senjata, kita berperang melawan ketidak adilan, melawan kesewenang-wenangan. Namun, senjata pun harus diperhitungkan, kita tidak lagi masanya menggunakan mesin pembunuh, granat. Senjata kita saag ini hanyalah keberanian kita mengungkapkan kebenaran dengan lisan kita.
"Kami adalah mata pena yang tajam yang siap menuliskan kebenaran/ Tanpa ragu ungkapkan keadilan" (Tekad: Izzatul Islam)

Karakter pemuda sesungguhnya telah tertulis jelas dan sering terucap melalui mulut kita saat dulu ketika di bangku sekolah kita sering menyanyikan lagu Bangun Pemuda-Pemudi.
1. Sudi tetap berusaha, artinya pantang menyerah tanpa kenal lelah untuk terus berbuat bagi negeri ini,
2. Jujur, artinya dalam setiap tingkah dan sikap kita kita harus jujur/transparan,
3. Ikhlas, artinya bekerjalah... Allah, rasul dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu,
4. Tak usah banyak bicara, artinya jangan hanya berwacana tapi wujudkan walau hanya sedikit dan kecil,
5. Terus kerja keras, artinya amal... amal... dan amal,
6. Hati teguh dan lurus, artinya jangan pernah berfikir untuk mundur kebelakang atau belok kanan-kiri,
7. Pikir tetap jernih, artinya selesaikan segala sesuatu dengan kepala dingin,
8. Bertingkah laku halus, artinya berlandaskan moral dan etika yang ada di masyarakat.
Ketika kedelapan karakter ini telah terpenuhi maka bersiaplah untuk menjadi seorang pemuda yang bukan pemuda biasa-biasa saja.

Ingat wahai pemuda, masa depan negeri ini ada di pundakmu. Engkaulah anak kandung dan pewaris sah negeri ini. Jangan.sampai hak itu dirampas oleh orang lain, apalagi perampasan itu tujuannya untuk menindas kita kembali.

Bangkit Pemuda Karena Harapan Itu Masih Ada....!!!

"Sesungguhnya dasar keimanan adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat..."
semua itu tidak terdapat, kecuali pada diri pemuda...
Terus berjuang, bergerak, dan berkontribusi untuk negeri...

09 September 2009

PENDIDIKAN INDONESIA YANG BERMARTABAT, SEBUAH GRAND DESIGN KEMANDIRIAN BANGSA

Oleh: Elly Sumantri
(Menteri Aksi dan Propaganda BEM Universitas Sriwijaya)

Pendidikan tak ubahnya seperti sebuah energi bagi suatu bangsa untuk terus bergerak dan bangkit. Pendidikan pula yang dijadikan sebagai parameter tingkat peradaban suatu bangsa. Maka, sudah barang tentu pendidikan manjadi hal yang absolut untuk dijadikan perhatian utama dalam melaksanakan segala aktifitas kebangsaan. Hal itu jelas, apalagi di Indonesia, melalui konstitusinya UUD 1945, pendidikan menjadi perhatian utama dan dijadikan salah satu tujuan bangsa yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa” maka sudah sepatutnya pendidikan itu memang benar-benar diperhatikan sesuai amanah konstitusi tersebut.
Harapan akan dunia pendidikan yang lebih baik bukanlah berasal dari segelintir orang saja tapi dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Betapa tidak, mulai dari kaum terpelajar banyak yang menuliskan harapan-harapannya melalui berbagai media. Pada masyarakat awam, harapan itu tersirat dari upaya keras mereka menyekolahkan anak-anak mereka dan upaya agar anak-anak mereka mendapatkan yang terbaik.
Untuk mewujudkan harapan itu tentu tak dapat hanya dengan upaya dari perorangan. Harus ada blue print pemerintah tentang arah pendidikan Indonesia ke depan. Apakah pendidikan menjadi fokus utama untuk perbaikan bangsa ataukah ia akan kembali dikesampingkan sehingga bangsa ini akan terus terpuruk.
Saya cukup tersentil dengan sebuah tulisan Kristianto Purnomo di dalam Harian Kompas yang bertajuk “Tanpa Revolusi Pendidikan, Indonesia Bisa Terpuruk”. Ia mengutip kata-kata seorang pengamat pendidikan Darmaningtyas yang mengatakan, perlu revolusi cara berfikir tentang pendidikan. Kata-kata revolusi yang membuat saya tertarik, bagaimana dengan reformasi 1998? Ternyata dunia pendidikan masih banyak tidak tersentuh dan masih perlu sebuah revolusi besar.
Sudah sewajarnyalah berbagai wacana, masukan dan ide-ide oleh para tokoh, pengamat dan insan pendidikan termasuk mahasiswa karena memang pendidikan Indonesia butuh perubahan. Perubahan ke arah yang lebih baik tentunya. Perubahan yang membawa dampak besar bagi perbaikan negeri ini. Sebuah rekayasa besar untuk membangun pendidikan Indonesia harus segera dibuat.

PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA MEMANUSIAKAN MANUSIA
Secara filosofis saya yakin setiap tahu dan mengerti bahwa pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia. Ini berarti ada upaya untuk membangun suatu peradaban. Upaya memanusiakan manusia bukanlah berarti manusia saat ini tidaklah penting atau manusia layaknya robot, akan tetapi bagaimana menggali segala potensi manusia tersebut dan mengoptimal segala potensi yang ada pada dirinya sehingga ia mampu berbuat yang terbaik. Tidak mengubah karakter asli seseorang tapi mengarahkannya kepada yang positif. Itulah memanusiakan manusia.
Kalau keberhasilah hanya diukur dari prestasi-prestasi dan prestasi hanya diukur dari seberapa banyak tulisan yang masuk jurnal, berapa banyak penemuan telah didapat atau seberapa banyak paten yang telah dibuat maka itulah kesalahan paradigma kita tentang pendidikan. Tujuannya untuk memanusiakan manusia ternyata belum terpenuhi. Yang ada adalah “merobotkan” manusia.

PENDIDIKAN SEBAGAI SARANA PERUBAHAN
Selain itu juga pendidikan seharusnya memang benar-benar menjadi sarana perubahan. “The Agent of Change” dalam bahasa aktivis mahasiswa tersebut harus benar-benar terwujud. Secara sederhana, seorang anak petani, atau seorang anak buruh penambang pasir dapat lepas dari tradisi keluarga yang memiliki profesi seperti orang tuanya dan memang itulah yang diharapkan oleh setiap orang tua.
Atau makna perubahan di sini dapat juga diartikan sebagai motor penggerak dari setiap perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, untuk saat ini nampaknya masih cukup sulit, masih terlalu banyak pendidikan di Indonesia yang mahal. Jangankan perguruan tinggi, Sekolah Menengah Atas pun sudah pandai mematok “harga” untuk menjadi bagian dari sekolah tersebut. Bagaimana anak-anak orang miskin dapat mengikuti pendidikan secara adil dan wajar? Saat ini yang menjadi parameter berkualitas adalah sekolah mahal sebab dengan sekolah mahal sarana akan terpenuhi.
Perubahan, itulah inti dari harapan masyarakat luas saat ini. Perubahan ke arah yang lebih baik. Tidak ada orang yang ingin berubah ke yang lebih buruk. Atau berubah agar lebih terpuruk.

MENATAP WAJAH PENDIDIKAN INDONESIA SAAT INI
Menurut sebagian besar orang wajah pendidikan Indonesia saat ini buram. Sebagian yang lain, mengatakan cukup baik. Tapi dalam sistem demokrasi, suara terbanyaklah yang menjadi pemenangnya dan dijadikan acuan. Berarti, apabila sebagian besar masrarakat mengatakan wajah pendidikan Indonesia buram, maka itulah adanya.
Ada banyak hal yang perlu menjadi evaluasi bagi dunia pendidikan dan menjadi masukan bagi pemerintah Indonesia mendatang. Permasalahan Badan Hukum Pendidikan yang dikhawatirkan akan membawa lembaga pendidikan pada sebuah budaya baru yaitu budaya bisnis. Pendidikan menjadi sebuah komoditas dagang yang nantinya tidak ubahnya seperti barang-barang pasar. Siapa yang punya uang dialah yang akan mendapatkan barang tersebut.
Permasalahan lainnya adalah program Sekolah Gratis pemerintah yang ternyata membawa banyak polemik. Ada banyak kegiatan kreatifitas siswa dan program unggulan sekolah harus dibatalkan karena permasalahan sekolah gratis tersebut. Bukan salah pihak sekolahnya dan bukan salah sekolah gratisnya tapi ini adalah kesalahan minimnya anggaran pendidikan. Anggaran pendidikan yang sudah kritis tambah diperparah dengan ulah oknum-oknum mafia pendidikan yang menghisap dana anggaran tersebut.
Di beberapa daerah Sekolah Gratis dijadikan sebagai komoditas politik. Ketika kampanye kepala daerah banyak sekali janji-janji yang terucap akan mewujudkan sekolah gratis tapi ternyata itu semua adalah kebohongan belaka. Sebagai contoh di Palembang, pemerintah Propinsi Sumatera Selatan mengadakan Program Sekolah Gratis untuk semua Sekolah Menengah Atas. Akan tetapi ternyata yang menjalankan Sekolah Gratis hanya empat SMA saja. Benarkah gratis…???
Ujian Nasional yang dijadikan sebagai standar kelulusan siswa menjadi permasalahan yang cukup serius. Seharusnya yang menentukan standar kelulusan tersebut adalah pendidik, tapi yang terjadi justeru pemerintah ikut campur menentukan standar dengan memberlakukan Ujian Nasional. Bahayanya adalah adanya perubahan orientasi pada siswa. Siswa yang seharusnya berorientasi pada proses dijadikan berorientasi pada hasil. Siswa berusaha mengejar hasil tersebut dengan segala cara termasuk kecurangan (membeli soal, mencontek, dll). Guru pun seperti dikejar-kejar disebabkan mengejar target 100% kelulusan siswanya. Ada yang memberikan jawaban kepada siswa, ada juga yang mengubah jawaban siswa, dan masih banyak sekali kecurangan-kecurangan yang dilakukan. Setidaknya itulah penemuan yang didapatkan oleh Tim Pemantau Independen Ujian Nasional. Selain itu, sungguh sangat menyedihkan ketika beberapa waktu yang lalu ada begitu banyak siswa yang tidak lulus hanya dikarenakan kesalahan-kesalahan teknis.
Banyak terjadinya kebocoran dana dalam dunia pendidikan juga ternyata terkait dengan bobroknya Sumber Daya Manusia dalam instansi penyelenggara pendidikan. hal ini disebabkann karena ketidak tegasannya pimpinan dalam dunia pendidikan untuk melakukan reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi adalah sebuah keharusan dalam dunia pendidikan kita.
Kalau ingin disandarkan pada laporan UNESCO pada November 2008 ternyata Indonesia menempati peringkat 71 dari 129 negara. Padahal sebelumnya Indonesia menempati urutan ke 62 dari 130 negara dan pada 2006 menempati peringkat 58. Ini berarti terjadi penurunan dari tahun ke tahun.

HARAPAN AKAN PENDIDIKAN INDONESIA YANG BERMARTABAT
Ternyata, dibalik keprihatinan, dibalik penilaian masyarakat ada sebuah harapan. Sebagaimana di awal tadi saya telah mengatakan bahwa masyarakat menginginkan perubahan. Masyarakat ingin yang lebih baik.
Pendidikan yang seperti apakah yang diinginkan oleh masyarakat??? Tentu pendidikan yang sesuai dengan tujuannya. Secara filosofis tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Lebih konkrit lagi pendidikan yang bermartabat. Tidak hanya menjadi juara-juara olimpiade internasional sebab itu hanya sebagian kecil dan itu pun dari kelompok yang sangat eksklusif tetapi bagaimana anak bangsa mampu bersaing secara adil baik ketika akan mengikuti pendidikan, saat proses dan ketika lulus pun semuanya mendapatkan keadilan.
Ditinjau dari konstitusi maka tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan pendidikan. Pengertiannya adalah bahwa setiap lini kehidupan di dalam berbangsa harus cerdas. Cerdas pun dalam segala hal. Tidak hanya intelektual, tapi juga cerdas emosional, cerdas spiritual dan cerdas hati.

PENDIDIKAN INDONESIA YANG BERMARTABAT, SEBUAH GRAND DESIGN KEMANDIRIAN BANGSA
Dari sekian banyak yang telah dipaparkan maka muaranya pada sebuah harapan besar yaitu pendidikan Indonesia yang bermartabat yang tidak berorientasi pada hasil semata atau lebih parah lagi berorientasi pada materi. Pendidikan yang bermartabat adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kehidupan, dengan demikian manusia akan semakin bernilai dan berharga.
Menurut Driyakarya dalam Setiawan (2008:84) pendidikan adalah pilar kemandirian bangsa. Artinya pendidikan merupakan solusi tepat untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul di tanah air. Malik Fadjar (2005:103) berkeyakinan bahwa pendidikan merupakan wahana ampuh untuk membawa bangsa dan Negara menjadi maju dan terpandang dalam pergaulan bangsa-bangsa dan dunia internasional. John Naisbitt dan Patricia Aburdence dalam Megatrend 2000 mengatakan, “Tepi Asia Pasifik telah memperlihatkan, negara miskin pun bangkit, tanpa sumber daya alam yang melimpah asalahkan negara melakukan investasinya yang cukup dalam hal sumber daya manusia.
Dari ketiga pendapat di atas, semuanya mengarah kepada kemandirian, perubahan dan menjadi lebih bermartabat. Tidak lain dan tidak bukan caranya adalah dengan memberikan perhatian penuh terhadap pendidikan.

AS-SYAFAQAH

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imran: 159)

A. Makna Serta Beberapa Dalil Tentang As-Syafaqah
Syafaqah artinya lembut dan halusnya perasaan. Dalam makna positif syafaqah diartikan sebagai sikap jiwa yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain serta penuh kasih sayang. Di dalam beberapa hadits Rasulullah banyak menyebut tentang kasih saying, diantaranya:
- Suatu saat salah seorang sahabat yang bernama Al-Aqra bin Habis At-Tamimi melihat Rasulullah menciumi cucunya dengan penuh kasih sayang, ia lalu berkata di hadapan Nabi bahwa dirinya memiliki 10 orang anak, dan tak pernah satu pun diciumnya. Nabi kemudian bersabda: ”Siapa yang tidak menyayangi, tentu tidak akan disayangi…”
- Menyayangi anak—sebagai bukti adanya syafaqah—tentu harus diwujudkan pula dengan tindakan-tindakan lain seperti memberinya gizi yang cukup (2: 233), memberi pendidikan yang baik sebagaimana diperintahkan Nabi, ”Tidak ada pemberian yang paling utama yang diberikan seorang ayah kepada anaknya dari memberikan didikan yang baik (HR. Tirmizi)
- Rasulullah SAW bersabda kepada istrinya, Aisyah r.a., ”Sesunggunya diantara kelompok manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah ta’ala adalah mereka yang dijauhi manusia untuk menghindari kejahatannya”.
- Hadits ini diriwayatkan Bukhari, berkaitan dengan keheranan Aisyah ra. ketika melihat Rasulullah berbicara dengan lemah lembut kepada seseorang yang disebut oleh Rasullah sebagai bi’sa akhul ’asyirah (saudara kerabat yang buruk). Seorang muslim harus dapat merasakan suka duka yang dialami saudara-saudaranya, karena mereka hakekatnya adalah satu tubuh yang saling menguatkan.
- Ibnu Abbas dalam suatu riwayat dari Baihaqi pernah diceritakan sejenak meninggalkan i’tikafnya, karena dia pernah mendengar Nabi bersabda: ”Barangsiapa pergi untuk berusaha mencukupi kebutuhan saudaranya dan berhasil, itu lebih baik daripada beri’tikaf di masjid selama sepuluh tahun. Dan barangsiapa beri’tikaf sehari dengan niat ingin memperoleh keridhoan Allah, baginya Allah akan menjadikan tiga parit lebih jauh dari dua ufuk Ttimur dan Barat yang akan memisahkannya dari neraka.

B. Kelembuatan dan Kehalusan Hati Rasulullah Saw
Merampas dan mengambil hak orang lain dengan paksa merupakan ciri orang-orang zhalim dan jahat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memancangkan pondasi-pondasi keadilan dan pembelaan bagi hak setiap orang agar mendapatkan dan mengambil haknya yang dirampas. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menjalankan kaidah tersebut demi kebaikan dan semata-mata untuk jalan kebaikan dengan bimbingan karunia yang telah Allah curahkan berupa perintah dan larangan. Kita tidak perlu takut adanya kezhaliman, perampasan, pengambilan dan pelanggaran hak di rumah beliau.
Rasulullah Saw. adalah teladan utama bagi kita dalam menjalani setiap kehidupan ini. Dalam hal kasih mengasihi sesama nuslim maka kita dapat melihat bagaimana Rasulullah berinteraksi dengan orang yang ada di sekitar baik keluarga beliau, sahabat, anak-anak, hewan bahkan tumbuhan sekalipun. Akhlak yang ditunjukan oleh beliau ini dapat kita lihat dari beberapa hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang terdekat beliau.
'Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah dilanggar orang, maka beliau akan membalasnya semata-mata karena Allah." (HR. Ahmad).
'Aisyah radhiyallahu 'anha mengisahkan: "Suatu kali aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau mengenakan kain najran yang tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui, tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab badui itu berkata: "Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu miliki dari harta Allah!" Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum lalu mengabulkan permin-taannya." (Muttafaq 'alaih).
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baru kembali dari peperangan Hunain, beberapa orang Arab badui mengikuti beliau, mereka meminta bagian kepada beliau. Mereka terus meminta sampai-sampai beliau terdesak ke sebuah pohon, sehingga jatuhlah selendang beliau, ketika itu beliau berada di atas tunggangan. Beliau lantas berkata: "Kembalikanlah selendang itu kepadaku, Apakah kamu khawatir aku akan berlaku bakhil Demi Allah, seadainya aku memiliki unta-unta yang merah sebanyak pohon 'Udhah ini, niscaya akan aku bagikan kepadamu, kemudian kalian pasti tidak akan mendapatiku sebagai seorang yang bakhil, penakut lagi pendusta." (HR. Al-Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah dan telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani).

C. Kiat Menghaluskan Perasaan
Syafaqah dapat dibentuk melalui nilai, sarana dan lingkungan pendidikan serta pembinaan, sebagaimana Rasulullah dididik dalam nilai dan lingkungan yang membuat beliau memiliki kehalusan jiwa dan perasaan.
Ada beberapa kiat yang bisa kita coba untuk mengahaluskan perasaan, diantaranya adalah:
1. Tingkatkanlah tilawah dan tadabbur Qur’an kita.
2. Banyak-banyaklah menyebut dan mengingat nama Allah dalam setiap gerak langkah hidup kita.
3. Perbanyaklah interaksi dengan hadits-hadits dan sirah Nabi serta riwayat para sahabat. Terutama yang berkaitan dengan kehalusan jiwa dan perasaan.
4. Bangun dan carilah lingkungan yang kondusif /lingkungan orang-orang salih.
5. Selalu sadar dengan hakikat kehidupan, bahwa tujuan utama kita adalah keridhoan Allah SWT, bukannya dunia yang fana ini.

D. Hikmah bersikap halus
Salah satu hikmah terbesar dari bersikap lembut dan memperhalus perasaan adalah dalam kaitannya dalam da’wah. Dalam berda’wah kelembutan dan kehalusan perasaan dapat menjadi salah satu daya tarik dalam upaya menarik simpati orang. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (Q.S. An-Nahl: 125)

27 Agustus 2009

AKU MERINDUKANNYA KEMBALI

Sejarah telah diukir dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Sejarah keperkasaan dan kebesaran itu selalu dibawakan dalam setiap pelatihan-pelatihan menjadi seperti sebuah legenda dan dongeng. Sangat menarik dan begitu mengagumkan. Tapi sayang ia hanya sekedar menjadi cerita dan membuat bangga pada saat diceritakan saja. Tanpa membekas.
Entah apa yang terjadi dan apa yang dipikirkan. Selalu saja terjebak pada rutinitas dan budaya formalitas yang membosankan. Yach… membosankan. Mungkin kita telah kehilangan ruh itu. Semangat itu. Ia hanya sekedar menjadi cerita indah yang selalu saja ditampilkan pada saat pelatihan-pelatihan. Menjadi legenda dari generasi ke generasi. Tapi sesungguhnya kebanggaan itu hanya patut dimilki oleh para pengukirnya. Bukan kita. Kita sesunggunya belum pernah berbuat apa-apa.
Kita belum layak mendapatkan kebanggaan itu. Apa sesungguhnya yang telah kita perbuat??? Berhadapan dengan moncong senjata…??? Jauh. Bahkan berhadapan dengan polisi wanita saja kita takut. Atau satpam-satpam yang wajahnya sengaja dipaksa garang kita pergi. Inikah kita….???
Tidak kawan. Tak usah lagi dibawakan film-film yang mengagumkan itu kalau kita belum mampu berbuat apa-apa. Atau cerita-cerita heroic pemuda dan mahasiswa ’28, ’45, ’65, ’98, dll. Saya tidak tega melihat betapa akan semakin tenggelamnnya kita. Yach… kita tenggelam dengan fasilitas. Takut dengan PD III atau dosen yang akan memberikan nilai kecil.
Dimana kita??? Aku rindu cerita-cerita itu. Cerita yang dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya, bukan untuk berbangga tapi sebagai suntikan semangat kepada mereka.

SELAMAT DATANG HARAPAN BARU

Oleh: Elly Sumantri
Menteri Aksi dan Propaganda BEM UNSRI

Rutinitas penerimaan mahasiswa baru dengan segala seremonialnya telah kita jalani. Ada banyak kesan yang tersisa dari kegiatan tersebut. Mulai dari rasa senang, kesal, marah, sedih dan gembira akan mewarnai catatan pengalaman. Rutinmitas inilah yang nantinya akan berbekas dan berpengaruh selama kita menjadi mahasiswa.
Namun dibalik riuhnya segala prosesi dan rutinitas tersebut adalah bagaimana kita memaknainya. Dengan pemaknaan tersebut kita akan mendapatkan hasilnya. Mau jadi apa kita nantinya sebagai mahasiswa. Apakah kita akan menjadi mahasiswa yang berguna, cengeng, atau Cuma sekedar menjadi mahasiswa “baik-baik, penurut dan asal dosen senang” alias pecundang. Inilah pilihan-pilihan itu. Terserah, kita yang memilih dan menentukan.
Sengaja saya memberi judul di atas dengan judul yang begitu singkat dan terkesan biasa-biasa saja karena memang bagi saya Anda adalah orang-orang yang biasa-biasa saja sampai Anda mampu membuktikan bahwa Anda patut dikatakan sebagai orang yang luar biasa. Bagaimana menjadi orang yang luar biasa…??? Tidak mudah memang tapi juga tidak terlalu sulit. Semua orang mampu menjadi orang yang luar biasa. Pertama, untuk menjadi orang yang luar biasa kita harus mampu memainkan peran dan fungsi sebagai mahasiswa. Kita sekarang sudah berstastus mahasiswa berarti kita adalah orang yang mampu bertanggung jawab. Ya… pertanggung jawabkan fungsi dan peran kita. Jika kita mampu mempertanggungjawabkannya maka kita adalah orang yang luar biasa. Apa itu fungsi mahasiswa??? Silakan tanyakan kepada kakak-kakak tingkat kita atau kepada para dosen.
Kedua, berikan yang terbaik untuk orang yang ada disekitar kita. Pada saat menjadi mahasiswalah kita mempunyai kesempatan yang cukup besar dan banyak untuk melakukan hal-hal buat orang lain. Pada ssat masih di bangku SMP dan SMA kita banyak disibukan dengan berbagai persoalan yang masih bersifat kekanak-kanakan. Sedangkan ketika kita sudah lulus kuliah maka yang terpikir adalah hal-hal pribadi misal mencari kerja bagi yang masih menganggur atau memang bekerja bagi yang sudah bekerja. Tentu tak ada waktu untuk memikirkan kepentingan orang banyak. Maka, sejak menjadi mahasiswa inilah latihan itu dimulai. Ketika kita sudah dibiasakan untuk peka maka sikap itu akan tetap ada ketika kita telah memasuki masa pasca kampus.
Ketiga, menjadi orang yang luar biasa berarti siap menjadi orang yang berbeda dari orang lain. Artinya adalah kita siap menjadi seseorang yang memiliki ciri khas dan keunggulan tersendiri dibandingkan dengan orang lain tentu keunggulan yang positif. Ciri khas ini akan muncul dari pembangunan karakter diri dan karakter diri ysng bsik tidak akan muncul kecuali berinterkasi dengan orang-orang yang senantiasa berbuat baik.
Maka, menjadilah orang-orang yang luar biasa sebab orang-orang yang luar biasalah yang akan selalu dikenang. Hanya orang-orang yang luar biasa yang orang-orang besar yang ditulis oleh tinta emas sejarah. Bukan orang-orang yang lemah, cengeng, pecundang, atau ABS (Asall Bapak Senang). Barulah ketika Anda sudah punya tekad untuk menjadi orang yang luar biasa saya akan ucapkan “SELAMAT DATANG HARAPAN BARU, SELAMAT DATANG ORANG-ORANG BESAR YANG AKAN MENULISKAN TINTA EMAS SEJARAH.”

Hidup Mahasiswa….!!!
Hidup Rakyat Indonesia….!!!

13 Juli 2009

Tarbiyah Siyasiyah: Baina Ad Da’wah was Siyasah

Seri Taujihat Pekanan

Mukadimah

Akhi fillah,
Allah SWT telah menurunkan Risalah terakhir yang merangkum seluruh risalah nabi-nabi sebelumnya. Risalah yang bersifat “syaamilah mutakaamilah” (komprehensif dan integral).
Risalah yang tidak ada satupun dimensi kehidupan kecuali ia mengaturnya secara sistemik baik secara global maupun secara spesifik.
Oleh karenanya, Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah/2: 208)
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu merekadengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap ummat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu ummat (saja), tetapi Allah hendak menguji kami terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (AL-Ma’idah/5: 48)
Akhi fillah,
Risalah Islam ini sesungguhnya “Risalah Nabawiyah” yang terakhir yang sengaja diturunkan sebagai “way of life” (cara hidup) bagi seluruh manusia. Oleh karenanya ia bicara tentang seluruh dimensi kehidupan manusia. Baik dimensi aqidah, ibadah dan maupun dimensi akhlak. Danyang termasuk dalam tiga dimensi ini adalah masalah ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan. Di sini, tidak boleh ada yang melakukan dikotomi dalam ajaran Islam. Tidak ada yang mengatakan: “Islam Yes, No”. atau mengatakan: “yang penting adalah aqidah, yang lain nngak penting.”
Selanjutnya bagaimana kita memilki pemahaman yang komprehensif ini dan memperjuangkannya dalam kehidupan kita. Yang akhirnya lahirlah pencerahan dan perbaikan dalam dunia ekonomi, sosial, politik dan keamanan yang berimpact kepada kebaikan dan maslahat ummat.

Tarbiyah Siyasiyah
Akhi fillah’
Tarbiyah siyaiyah yang bermakna pendidikan dan pembinaan politik adalah sangat urgent dipahami oleh setiap kita sebagai kader Partai Da’wah. Karena pemahaman politik yang kita inginkan bukan seperti yang kita pahami dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang dimaksudakan hanya untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpolitik untuk menegakan nilai-nilai kebenaran Ilahiyah dan memperjuangkan kepentingan serta maslahat masyarakat. Berkuasa untuk melayani ummat dan memimpin untuk memperbaiki system yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Oleh karenanya, segala aktifitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik, kita sebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dan bahasa Asy-Syahid, Hasan al-Banna, perjuangan ini dikategorikan dalam marhalah “rukun amal” yang disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan) sampai marhalah “Ustadziyatul Ala” (Soko guru Dunia).
Akhi filah,
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan da’wah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan asset-aset Negara dan pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spiritual dalam aspek sosial budaya.
Akhi fillah,
Seruan dan anjuran kepada para kader Partai Da’wah untuk kembali ke barak atau ke dunia da’wah saja dengan pemahaman yang sempit karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi halal, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berda’wah. Bukankah seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”, sebuah adigium yang dulu meruapakan musuh bersama para da’I yang mengajak manusia kembali kepada Islam secara kaffah/komprehensif.
Akhi fillah,
Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan system yang destruktif negative, maka tugas struktur Patai Da’wah adalah bagaimana menyiapkan sarana dan prasarana bagi para kader yang melakukan jihad siyasi dan yang terjun di dunia politik agar tetap istiqamah dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan tetap menjaga integritas diri.

Baina Ad-Da’wah was Siyasah
Apakah ada pertentangan antara da’wah dan siyasah? Jawaban pertanyaan ini akan menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan kerja-kerja da’wah selanjutnya yang bersinggungan dengan dunia politik dan langkah meraih kemenangan “Jihad Siyasi” dalam setiap perhetan baik pemilu maupun pilkada.
Akhi fillah,
Ayat di atas dan pengertian Islam yang didefinisikan oleh Asy-Syahid di bawah ini adalah dalil yang menunjukan tentang titik temunya amal da’awi dan amal siyasi dalam bingkai keislaman. Jadi tidak ada sama sekali pertentangan antara dunia da’wah dengan dunia politik. Coba kita renungkan pernyataan beliau dalam “Risalah Ta’lim”:
“Islam adalah nizham (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun (perundang-undangan) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan da’wah atau militer dan fikrah, sebagaimana ia aqidah yang benar dan ibadah yang shahih (benar).”
Akhi fillah,
Da’wah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknikrat, birokrat, petani, buruh dan politikus (aleg) jadi da’wah bukan suatu yang antagonis dengan dunia politik, akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan da’wah.
Akhi fillah,
Semoga catatan singkat ini mampu memberi energi baru dan gelora semangat bagi kita kader Partai Da’wah untuk menguatkan soliditas dan beramal jama’I dalam proses menuju tahapan-tahapan “rukun amal” da’wah. Allahu Akbar Walillah al-hamdu.

Pentingnya Kredibilitas Keilmuan

Seri Taujihat Pekanan

Dalam rubrik tanya jawab di sebuah media online berbahasa arab, seorang aktifis da’wah menanyakan sebuah fenomena yang menurutnya telah terjadi perubahan dalam sikap, langkah dan kebijakan yang diambil para qiyadah sehingga membuat para kader da’wah tidak tsiqah lagi kepada mereka. Dalam jawabannya yang panjang lebar, pengasuh rubric tersebut menyelipkan sebuah pertanyaan untuk membantu penanya merenung dan menemukan jawaban dengan mengajaknya melihat masalah tersebut dari sudut pandang berbeda; “apakah ketidaktsiqahan kader tersebut disebabkan karena para qiyadah sudah berubah atau disebabkan kapasitas keilmuan para kader yang terbatas dan tidak mampu memahami sikap, langkah dan kebijakan yang diambil para qiyadah?”
Pertanyaan balik yang dilontarkan pengasuh rubrik tersebut mengajarkan kepada kita semua untuk melihat, menilai dan mencemati suatu masalah dari berbagai sudut pandang. Melihat dan menilai suatu masalah dari berbagai sisi, tentu akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dibandingkan bila kita melihatnya hanya dari satu sisi. Demikian halnya ketika kita melihatnya dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu tentu akan menghasilkan penilaian yang berebeda dibandingkan bila kita melihatnya hanya dengan satu sisiplin ilmu saja. Karena untuk bisa memahami perkembangan dan kebijakan da’wah para era jahriyah jamahiriyah, dan agar mampu mengelola da’wah yang telah memasuki mihwar muassasi ini, memerlukan kedalaman ilmu dan peningkatan kapasitas keilmuan. Keterbatasan kapasitas keilmuan atau ketidakmampuan melihat masalah dari berbagai sudut pandang hanya akan membuat kita terkungkung dengan asumsi-asumsi atau kesimpulan yang menyesatkan.
Ketika ada berita bahwa Tim Pemenangan Pilkada salah satu DPW melakukan kerjasama dengan seorang non muslim, ada seorang kader yang sangat gelisah dan menulis protes keras disebuah majalah dengan mengatakan:
Tak satu pun sumber yang menyebutkan bahwa Nabi pernah menerima bantuan dari kaum kafir. Bahkan ketika seorang musyrik menawarkan diri untuk ikut dalam sebuah jihad, Nabi saw mengujinya, apakah Anda beriman kepada Allah? Nabi spontan menolaknya dengan mengatakan, “Aku tidak akan pernah meminta bantuan kepada musyrik.” Kenapa sensitifitas terhadap halal dan haram ini terus melemah?”
Menyimpulkan bahwa tidak satupun sumber yang menyebutkan bahwa Nabi saw pernah menerima bantuan dari kaum kafir adalah kesimpulan yang sangat naïf. Bukankah Rasulullah saw pernah melakukan hal-hal berikut?:
1. Bersama Abu Bakar ra, Rasulullah saw meminta bantuan seorang musyrik dari Bani Ad Diil untuk menjadi oenunjuk jalan saat mereka hijrah menuju Madinah dan orang itu pun memberikan dua kuda tunggangannya kepada Rasulullah saw dan Abu Bakar. (Shahih Bukhahri, Jilid 8, hal. 280-282)
2. Pada peristiwa Hudaibiyah Rasulullah saw meminta bantuan seorang kafir dari Khuza’ah untuk memata-matai apa yang dilakukan orang-orang Quraisy. (Zadul Ma’add, Jilid 2, hal. 127)
3. Pada saat perang Hunain Rasullah saw mwminta bantuan tenaga salah satu tokoh kafir Quraisy yang bernama Shafwan bin Umayyah dan meminjam sejumlah baju perang (bantuan harta). (Nashbu Rayah, jilid 3, hal. 377 dan Zadul Ma’ad, jilid 2, hal. 190)
Telepas dari adanya persayaratan-persyaratan tertentu usng dibuat oleh sebagian ulama sehingga diperbolehkan menerima atau meminta bantuan kepada orang non muslim, yang jelas masih banyak lagi dalil yang menunjukan bahwa Rasulullah saw menerima dan meminta bantuan kepada orang kafir dan beretentangan dengan kesimpulan saudara di atas. Oleh karenanya hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw tidak meminta bantuan kepada orang musyrik tidak bisa dilihat dari sisi tekstualnya saja, harus dilihat juga dari kontekstualnya atau asbabul wurudnya. Dalam riwayat Imam al-Hakim disebutkan bahwa orang musyrik tersebut adalah bagian dari pasukan kaum Yahudi Bani Qainuqa’ yang menjadi sahabat tokoh munafik Abdullah bin Ubay sehingga sangat mungkin penolakan Rasulullah saw tersebut disebabkan adanya kekhawatiran akan terjadi pengkhianatan dan mereka nerbalik menyerang kaum muslimin. (lihat Syarhu as Sair al Kabir, jilid 4, hal. 1423)
Untuk dapat memahami perkembangan da’wahdan problematikanya saat ini, menuntut adanya kredibilitas keilmuan. Kredibilitas tersebut tidak cukup hanya mengandalkan keilmuan yang bersumber dari literature saja, tetapi juga keilmuan yang didapat dari interaksi langsung dengan realita da’wah, keilmuan yang berasal dari interaksi langsung dengan dinamika kehidupan.
Seorang kader yang berkiprah langsung dalam da’wah siyasiyah akan memahami betapa sangat strategisnya kekuatan politik untuk melakukan perubahan dalam masyarakat dan karenanya harus terlibat dalam proses politik meskipun keterlibatan tersebut baru sebagai sarana belajar, tentunya dengan kesadaran penuh akan kemungkinan adanya dampak negatif yang mungkin mempengaruhi perilaku dan kepribadian seorang kader yang berinteraksi dengan dunia yang bergetah ini.
Sebaliknya, bagi kader yang melihat dunia da’wah siyasiyah dari kejauhan, akan cenderung menyoroti sisi kemubadziran proses politik yang memerlukan biaya mahal, cenderung hanya melihat dari sisi dampak negatif yang mungkin timbul dan karenanya mengajak kita meninggalkan dunia politik, cenderung mengikuti pikiran pribadinya dan menyeru agar kita tidak memaksakan diri terlibat dalam dunia pemilu atau pilkada, meskipun kebijakan tersebut diambil melalui proses syuro’ yang panjang. Ketika menyampaikan seruan tersebut mungkin tidak lagi mau menimbang-nimbang mudharat yang timbul bila orang-orang shalih ini tidak mau memasuki dunia abu-abu tersebut. Agar kita mampu menimbang masalah ini dengan timbangan yang benar, penting bagi kita untuk menyimak hadits Rasulullah saw. berikut:
“Orang mu’min yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan (dampak negatif) mereka, lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).
Bila ada kader yang gelisah dan bingung dalam memahami perkembangan da’wah dan sepak terjang aktofosnya, gelisah karena ijtihad, qiyas dan mashlahat dijadikan dasar dalam mengambil sikap atau kebijakan-kebijakan da’wah dan mengatakan: “Terkadang untuk men-justifikasi tindakan-tindakan itu, digunakanlah kaidah-kaidah fiqh secara berani dan tidak proporsional… Sementara di zaman sekarang, anak-anak muda menjawab dengan berani terhadap masalah apa saja yang diajukan kepada mereka denga dalih ijtihad dan mashlahat”, ternyata kegelisahan dan kebingungan yang diungkapkan dengan kata-kata yang sama telah dinukil oleh Muhammad Ahmad Ar Rasyid dalam bukunya “manhajiyatul ifta’ wal ijtihad”. Namun beliau menepis kebingungan tersebut setelah menemukan ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib ra:
Setiap kaum, merekalah yang paling mengetahu urusan mereka dan paling memahami apa yang bisa memberikan mashlahah kepada diri mereka, mereka berhak mencibir orang lain yang tidak memahami mereka, kebenaran dapat diketahui dengan qiyas bagi mereka yang memiliki akal.
Ali bin Abi Thalib ra telah menjelaskan dengan gambling bahwa menggunakan qiyas dan mashlahat dalam mengambil kebijakan politik, kebikana da;wah dan muamalah merupakan manhaj yang benar. Hal ini akan menghilangkan keraguan dalam berijtihad dan bahkan mendorong untuk berani berijtihad, tentunya dalam masalah-masalah fiqh da’wah, politik dan muamalah.
Dari pemaparan masalah di atas ada beberapa hal yang perlu kita garis bawahi:
1. Pentingnya meningkatkan kredibilitas dan kapasitas keilmuan untuk bisa memahami, menyikapi bahkan mengelola da’wah di mihwar muassasi. Peningkatan kredibilitas dan kapasitas keilmuan bukan hanya dengan menguasai ilmu alat yang didapat dari belajar dan membaca buku, tetapi juga dengan berinteraksi lansung dengan realita kehidupan sehingga kita dapat memahami dan menyikapi suatu fenomena atau problema da’wah dengan benar, dapat mengelola kerja-kerja da’wah ini dengan produktifitas yang tinggi.
2. Kredibilitas keilmuan menuntut adanya kredibilitas dan integritas personal. Kredibilitas dan integritas personal inilah yang akan menghadirkan keikhlasan dalam berbicara dan bertindak, dalam mengkritik dan menilai, mendorong kita menjadi orang yang adil dan objektif meskipun terhadap diri sendiri, memacu kita untuk dapat memberikan kontribusi riil yang sebesar-besarnya demi perbaikan dan pengembangan da’wah ini dan bukan sekedar berbicara, menilai dan mengkritik. Kalaulah harus menilai dan mengkritik, kita tahu kapan, dimana dan bagaimana cara mengkritik yang benar. Apalagi bila yang dikritik itu adalah sebuah kebijakan yang dihasilkan melalui syura’. Bagaimana hasil syura’ itu lebih baik dan lebih berkah dari pada pendapat dan pikiran pribadi.
3. kredibilitas keilmuan menuntut kita senantiasa memiliki pandangan positif terhadap perbedaan dan keragaman (sunnatu tanawwu’), apapun perbedaan dan keragaman tersebut. Dengan adanya sunnatu tanawwu’ kehidupan ini akan semakin dinamis. Kekurangan yang terjadi pada saudara kita berarti peluang ibadah. Allah memberi peluang kita untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Kekritisan saudara kita akan menjadikan kehidupan ini menjadi seimbang. Hanya saja kekritisan tersebut tidak boleh menjadi faktor yang mempengaruhi soliditas kehidupan berjamaah ini, atau bahkan menjadi pintu masuknya pihak-pihak yang ingin memporak-porandakan shaf kita. Wallah a’lam..

Ushul al-‘Isyrin

Manhaj Islah Kontemporer

Setelah Kekhalifahan Turki Utsmani runtuh pada tahun 1924 M muncullah banyak gerakan penyadaran untuk kemabali memperbaiki keadaan ummat. Namun sayang gencarnya semangat penyadaran itu dibarengi juga oleh berbagai konflik dan kekisruhan pemikiran.

Kondisi berbagai jama’ah Islam di Mesir (dan dunia Islam pada umumnya) menampakkan gejala p”pasialisasi Islam” dalam gerakan da’wah mereka. Masing-masing hanya memperhatikan satu aspek tertentu saja dari risalah Islam, menitikberatkan kepada yang satu dengan meninggalkan yang lainnya.
Ada yang hanya memperhatikan aspek aqidah saja, atau aspek ibadah saja, atau aspek cultural saja, dalam ajaran Islam. Ada pula tarekat-tarekat sufi yang hidup di sudut-sudut sempit dari lingkup Islam yang besar, yang hanya mementingkan aspek rohani yang bersifat ritual dan menyendiri atau aspek sosial yang sempit dalam batas-batas tareqat. Dan ada pula jama’ah-jama’ah politik atau partai politik yang umumnya berorientasi “Nasionalisme-Sekulerisme” yang para pemimpinnya terdiri atas orang-orang berlatar belakang pendidikan Barat yang sekuler. Di antara jama’ah-jama’ah tersebut ada yang menganggap jelekorang-orang yang sibuk memperhatikan dan menekankan aspek-aspek lainnya.
Dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi yang melanda gerakan-gerakan Ishlah (reformasi) inilah Imam Hasan al-Banna berhasil mengidentifikasi persoalan yang dihadapi ummat ini dengan sangat jelas. Didasari oleh realitas inilah maka Syahid Imam Hasan al-Banna memformulasikan kerangka berfikir untuk menyatukan semua gerakan penyadaran ummat ini untuk kerja bahu membahu.
Di antara berbagai kekeliruan dan penyimpangan baik dalam pemikiran maupun dalam tindakan ummat Islam ditangkap dan dipetakan dengan amat cerdas oleh beliau, khusunya di Mesir ketika itu adalah sebagai berikut:
1. Pemisahan urusan politik, kekuasaan, agama dan Negara.
2. Pengertian akhlaq yang sesunggunya dipisahkan dengan keperluan menggunakan kekuatan dalam mengukuhkan kedudukan Islam di muka bumi. Pemahaman ini menekankan seolah-olah kekuatan dalam pengertiannya yang luas bertentngan dengan nilai akhlaq yang mulia.
3. Kegagalan dalam mengkorelasikan keunggulan ilmu-ilmu Islam dan peranannya sebagai dasar hukum dan perundang-undangan bagi penegakan hukum dan penyelesaian perselisihan di antara manusia.
4. Kekeliruan anatara memuliakan nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai symbol-simbol yang bersifat bathiniyah dan tidak dapat difahami dengan menjadikan keduanya sebagai sumber pegangan hidup dan asas atas segala ilmu dan amal.
5. Pengamalan perkara-perkara yang dapat mengandung unsur syirik seperti tangkal, jampi dan sebagainya dengan mengatasnamakan ajaran agama.
6. Tidak dapat membedakan antara bolehnya berpegang kepada pendapat imam-imam madzhab dengan tuntutan berpegang kepada hujjah-hujjah yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
7. Tidak dapat melakukan pemisahan antara perkara-perkara ta’abbud denga perkara-perkara yang bersifat adapt.
8. Tidak dapat membedakan mana perkara yang ushul dan mana perkara yang cabang dalam Islam, sehingga persolan furu’ dalam masalah fiqh menjadi sebab perselisihan dan perpecahan.
9. Gagal dalam mengidentifikasi masalah ummat Islam sehingga terjebak menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam perdebatan hokum-hukum yang tidak berlaku.
10. Gagal dalam membedakan antara mentauhidkan Allah dengan terbawa-bawa dalam perselisihan ulama terkait penafsiran dan penta’wilan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah.
11. Gagal dalam membedakan antara amalan-amalan biasa yang telah meluas dalam masyarakat dengan pengertian bid’ah menurut Islam.
12. Tidak dapat membedakan antara bolehnya mengasihi dan mencintai para shalihin dengan mengkultuskan mereka dan tidak dapat membedakan antara asas-asas iman dengan natijah-natijah iman yang shahih.
13. Mencampur adukan amalan-amalan sunnat dengan amalan-amalan yang dapat membawa kepada syirik seperti meminta-minta kepada orang mati, menyeru orang mati dan lain-lain ketika menziarahi kubur,sedangkan menziarahi kubur itu sendiri adalah sunnat.
14. Tidak dapat membedakan bertawassul sebagai kaifiat do’a dengan bertawassul sebagai unsur utama dalam berdo’a.
15. Tidak dapat membedakan antara ‘uruf-‘uruf yang diterima oleh syara’ dengan ‘uruf-‘uruf yang bertentangan dengan syara’.
16. Tidak dapat meletakan keseimbangan antara amal-amal lahir dengan amal-amal bathin.
17. Gagal dalam mendudukan akal sehingga terdapat satu pihak yang enggan menggunakan akal karena takut menyalahi nash, sedangkan terdapat pula satu pihak yang menggunakan akal secara bebas sehingga meminggirkan nash.
18. Terbawa-bawa dalam mengkafirkan kaum muslimin karena kesalahan dan dosa-dosanya.
Hasan al-Banna brhasil mendamaikan konflik di antara berbagai aliran pemikiran yang ada saat itu. Dalam persimpangan inilah Hasan al-Banna menggariskan jalan pertengahan yang sahihi dan tepat bagi bagi mengembalikan ummat Islam untuk memahami risalah Islam yang asli. Hasan al-Banna menggariskan dua puluh prinsip berkaitan dengan permasalahan ini yang dinamakan dengan Ushul ‘Isyrin. Secara ringkas, Ushul ‘Isyrin menggariskan perkara-perkara berikut:
1. Islam adalah ad-Dien yang syamil
2. Al-Qur’an dan as-Sunnah adalah sumber utama kehidupan
3. Iman adalah asas utama sedangkan natijah-natijah iman seperti kasyaf, mimpi, ilham dan sebagainya tidak menjadi matlamat ibadah dan tidak boleh menjadi hujjah
4. Jampi-jampi yang berdasarkan nash-nash saja yang diterima sedangkan selain itu batal dan ditolak
5. Pendapat imam dapat diterima seandainya tidak berlawanan dengan kaidah-kaidah syari’at Islam
6. Perkataan siapa saja dapat diterima atau ditolak kecuali perkataan rasulullah saw.
7. Muslim yang belum mencapai peringkat ilmu yang tinggi dapat mengikuti pendapat salah satu imam madzhab, tetapi harus berusaha untuk terus meningkatkan ilmunya
8. Perselisihan dalam perkara-perkara furu’ tidak boleh menjadi sebab terjadinya perpecahan
9. Membicarakan perkara-perkara yang tidak waqi’i adalah memberat-beratkan dan mesti ditinggalkan
10. Sifat-sifat Allah adalah bersih dari ta’wil-ta’wil yang salah
11. Bidh’ah yang jelas bertentangan dengan nash adalah dhalalah
12. Bidh’ah dalam ibadah mutlak adalah termasuk masalah khilafiayyah
13. Mengasihi para shalihin adalah untuk tujuan taqarrub kepada Allah
14. Amalan ziarah kubur hendaklah dilakukan berpedoman kepada sunnah
15. Tawassul adalah masalah khilafiyyah dalam kaifiat berdo’a
16. ‘Uruf yang salah tidak mengubah hakikat lafadz syari’ah
17. Aqidah adalah asas kepada amal, amal hati lebih penting daripada amal zahir, tetapi mencapai kesempurnaan dalam kedua-duanya adalah tuntutan syara’
18. Islam menempatkan akal di satu tempat yang mulia
19. Dalam perkara yang qath’i, syariat dan akal tidak bertentangan
20. Tidak boleh mengkafirkan orang yang mengucapkan syahadatain karena maksiat yang dilakukannya.
Pemikir Islam dari Syiria Said Hawwa menyatakan bahwa: “Kedua puluh dasar yang disebutkan okeh Hasan al-Banna ini merupakan hasil dari pandangan yang tafshili (teliti) terhadap kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya saw. Ia juga sebagai hasil dari penelitian yang luas terhadap kitab-kita ushul fiqh dan aqidah. Ia juga sebagai hasil dari pemahaman yang mendalam terhadap realitas ummat Islam dan juga pengetahuan yang tinggi dalam membedakan mana yang baik dan yang buruk di antara perkara-perkara yang telah diwariskan oleh ummat Islam.”
Namun cara penyajian ushul-ushul tersebut dan kedudukan utama ke-20 prinsip tersebut sebagai asas pemikiran tajdid al-Banna adalah sesuatu yang penting. Ini karena Ushul ‘Isyrin bukan hanya sebagai panduan-panduan yang bersifat ilmu, tetapi Ushul ‘Isyrin adalah satu ijtihad dalam menentukan suatu pendekatan untuk mengemukakan Islam sebagai satu dasar hidup yang syumul. Manhaj seperti nii sangat penting bagi masyarakat Islam yang berhadapan dengan serangan pembaratan. Manhaj yang mendamaikan banyak kekeliruan ini sedemikian penting dalam membersihkan keserabutan pemikiran di kalangan masyarakat Islam di masa itu.
Apa yang terdapat dalam Ushul ‘Isyrin mungkin merupakan persoalan badihiyyat (aksiomati) pada hari ini. Tetapi pada saat pertama kali hal ini dikemukakan keadaannya tidak seperti itu. Perkara-perkara yang terkandung dalam Ushul ‘Isyrin menjadi badihiyyat pada saat ini setelah asy-Syahid Hasan al-Banna menegaskan dan menekankannya kepada para anggota ikhwan di dalam jama’ahnya. Kemudia, mereka inilah melalui amal, ceramah-ceramah, kuliah-kuliah dan khususnya penulisan-penulisan, telah mempopulerkan manhaj tersebut kepada ummat Islam ke seluruh dunia pada abad kedua puluh ini.
Dengan demikian nyatalah bahwa Ushul ‘Isyrin sebagai “Manhaj Ishlah” juga dapat dianggap sebagai satu ijtihad karena kedudukannya yang istimewa sebagai asa pertama dalam pembinaan para tentar da’wah yang multazim. Melalui asas al-Fahmu sebagai arkanul asyarah yang pertama, maka gerakan tajdid dalam memahami Islam dilakukan dalam abad ini melalui Ushul ‘Isyrin.
Hasan al-Banna memperbaharui pendekatan terhadap metode bagaimana ummat Islam memahami Islam yang asli. Hal ini membuat “melek” ummat Islam yang berpuluh-puluh tahun berada di bawah dominasi penjajahan barat.
Risalah ini termasuk risalah yang terpenting yang ditulis oleh asy-Syahid. Bahkan Ustadz Abdul halim Mahmud menganggapnya sebagai puncak dan intisari dari semua risalah yang beliau tulis.
Risalah ini berisi strategi jamaah Ikhwan dalam tarbiyah dan pembentukan kader. Juga berisi tentang tujuan-tujuan da’wah dan perangkat untuk mencapai tujuan tersebut. Asy-Syahid menulis risalah ini untuk anggota Ikhwan yang tulus, para mujahid atau yang disebut dengan kader inti Ikhwan. Dimana gaya bahasa yang dipakai adalah gaya bahasa instruksi untuk beramal, bukan sekedar pembicaraan.
Teori reformasi yang diusulkan asy-Syahid Hasan al-Banna adalah sebuah sintesa atas berbagai visi dan orientasi sebagai “modus bersama” yang menghimpun berbagai kecenderungannya, menyatukan persepsi fundamental mereka mengenai persoalan-persoalan global dan masalah-masalah besar, meski dalam masalah-masalah furu’ yang kecil mereka tetap memiliki perbedaan, dan agar Ushul ‘Isyrin dapat menjadi poros tempat bertemunya berbagai gerakan ishlah.
“Sesungguhnya terapi bagi keterpurukan, perpecahan kata, kehancuran dan kemunduran peradaban ummat Islam tidak bisa dilakukan dengan terapi tunggal, ia harus dengan terapi komprehensif. Begitu juga manhaj reformasi untuk membebaskan ummat Islam dari keterpurukannya haruslah komprehensif tanpa memprioritaskan manhaj salah satu reformis, tetapi harus mencakup seluruh unsru reformasi. Dengan itulah semua kondisi ummat Islam akan membaik, “begitulah yang ditulis asy-Syahid Hasan al-Banna menjelaskan gagasan reformasinya.

Editorial Risalah Tarbawiyah

Politik adalah bagian dari kehidupan manusia. Sehingga berlaku ketentuan Allah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam.: (QS 6:162)
Spirit beribadah inilah yang telah menuntun gerakan da’wah dan aktifisnya untuk membumikan Islam dalam realitas sosial, hukum, budaya, politik dan birokrasi.
Reformasi Politik di negeri ni memberikan angina segar bagi gerakan da’wah untuk berkiprah lebih luas dan memberikan sumbangsihnya bagi tatanan masyarakat, negara dan bangsa. Masalah tidak harmonisnya hubungan antara Islam, politik dan Negara, beserta akibat-akibatnya yang dirasakan oleh gerakan da’wah dan para aktifisnya selama ini, perlahan-lahan dapat diatasi dengan pelibatan secara langsung dalam urusan utama proses-proses politik dan birokrasi Negara.
Alasan yang mendasari asumsi ini adalah bahwa; pertama, pendekatan ini tidak menempatkan Islam dalam posisi yang berhadap-hadapan dengan Negara, bahkan mengharuskan adanya peninjauan kembali terhadap cita-cita politik Islam sebelumnya.
Harus diyakini bahwa yang harus diperjuangkan adalah berlangsungnya tatanan sosial-politik Negara, sehingga ummat Islam dapat menjalankan ajaran-ajaran agama mereka dengan bebas. Sejalan dengan itu perjuangan Islam dalam perpolitikan Indonesia kontemporer tidak lagi menekankan corak ideologinya yang formal.
Kedua, berkaca pada sejarah, gerakan da’wah tidak pernah memainkan peranan penting dalam lembaga-lembaga Negara dan kantor-kantor birokrasi. Fenomena ini dapat menjelaskan bukan saja posisi pinggiran para aktifis Islam di lembaga-lembaga Negara dan kantor-kantor birokrasi, melainkan juga sikap dan langkah yang relative mengambil jarak dari Negara, padahal secara sosiologis sebenarnya ada keharusan intrinsic dari gerakan da’wah ini untuk memainkan kebijaksanaan di Indonesia.
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka gerakan da’wah dapat memberikan angina segar bagi pembaruan politik dan partisipasi birokratis akan dapat mengatasi hubungan yang tidak harmonis antara Islam dan Negara.

Da’wah, Amal Tarbawi dan Amal Siyasi

Dalam Islam apa yang disebut amal siyasi (aktivitas politik) merupakan bagian integral dari amal Islami. Sedangkan aktivitas politik yang dilakukan seorang muslim hendaknya selalu melekat (inheren) dengan aktivitas keislamannya. Kenyataan ini semakin memperjelas pentingnya amal siyasi bagi setiap Muslim dan setiap pergerakan Islam.
Sehubungan dengan ini, Hasan al-Banna menegaskan, Ikhwan tidak pernah melewatkan satu hari pun dari aktivitas politik. “Kita adalah para politikus, dengan pengertian bahwa kita memperjuangkan urusan bangsa kita.” Pada bagian lain beliau menyatakan: “Seorang Muslim tidak akan sempurna keislamannya kecuali apabila menjadi seorang politikus yang memiliki wawasan luas dalam memikirkan urusan bangsanya, menaruh perhatian besar kepada kepentingan mereka dan mempunyai rasa kepekaan terhadap kehormatan mereka.”
Kendati demikian, Hasan al-Banna mengingatkan. Ikhwan harus tetap konsern pada kesatuan dan dinamika ummat. Karena itu ia harus tetap menempatkan posisinya sebagai ruh baru yang mengalir di tubuh ummat.
Lebih jauh Asy-Syahid mengatakan, “Politik adalah hal memikirkan tentang persoalan-persoalan internal maupun eksternal ummat.”
Internal politik adalah “mengurus persoalan pemerintahan, menjelaskan fungsi-fungsinya, merinci kewajiban dan hak-haknya, melakukan pengawasan terhadap para penguasa untuk kemudian dipatuhi jika mereka melakukan kebaikan dan dikritik jika mereka melakukan kekeliruan.”
Sedangkan yang dimaksud dengan eksternal politik adalah “memelihara kemerdekaan dan kebebasan bangsa, mengantarkannya mencapai tujuan yang akanmenempatkan kedudukannya di tengah-tengah bangsa lain, serta membebaskannya dari penindasan dan intervensi pihak lain dalam urusan-urusannya.” Baik internal maupun eksternal politik, sama-sama mencakup ajakan kepada kebaikan, seruan berbuat ma’ruf dan pencegahan dari kezaliman, yang selama ini menjadi wilayah kerja da’wah.
Menurut Imam Al-Mawardi dalam kitabnya Adabu al-Dunya wa al-Dien tercapainya cita-cita sosial politikmanusia sangat tergantung sejauh mana ia mampu mewujudkan dua syarat. Syarat yang pertama ialah yang berkaitan dengan sistem yang mengatur urusan publik, yaitu terwujudnya suatu tatanan politik yang baik. Syarat kedua ialah yang berkaitan dengan sesuatu yang dapat mewujudkan keshalihan setiap warga, yakni menyangkut masalah nilai-nilai moral yang dapat membentuk individu-individu shalih.
Perspektif al-Mawardi di atas menunjukan bahwa persoalan politik (amal siyasi) sama pentingnya dengan dengan persoalan pembinaan pribadi (amal tarbawi) dalam upaya manusia mencapai cita-cita politiknya, yaitu kesejahteraan hidup lahir dan batin. Tentang urgensi politik ini terlihat pula pada ungkapan hukama, seperti dikutip al-Mawardi, “adab (rule) itu ada dua macam: adab syari’ah dan adab siyasah. Adab syari’ah adalah segala aturan yang berkaitan dengan penerapan kewajiban.
Sedangkan adab siyasah ialah aturan-aturan yang berkaitan dengan pemakmuran bumi. Keduanya harus bermuara pada keadilan.” Sedangkan menurut al-Mawardi, “keselamatan penguasa (sulthan) dan kemakmuran negeri tergantung sejauh mana berjalannya keadilan ini.
Semoga dengan uraian di atas dapat menghilangkan keterbelahan pemahaman bahwa da’wah dengan politik atau amal siyasi dengan amal tarbawi adalah sesuatu yang kontra, dan tidak dapat disatukan dalam satu aktivitas. Semoga pula dapat “menggoda” kita untuk menanam saham kebaikan dalam rangka membangun peradaban dunia, yang sesuai kehendak Allah, melalui aktivitas da’wah dan politik. Akan tetapi dari mana kita memulai?
Pertama, membangun kembali pemahaman keagamaan kita, bahwaagama Islam itu agama yang syamil, mencakup seluruh aspek kehidupan; bahwa agam Islam itu asasnya aqidah, batangnya amal ibadah dan buahnya adalah akhlak; bahwa agama Islam itu diamalkan di dunia dan pahalanya diperoleh di akhirat; bahwa agama Islam itu diturunkan Allah untuk semua manusia, dan seterusnya. Pemahaman ini harus dibangun melalui proses belajar mengajar. Islam mengajarkan bahwa belajar dilakukan denga dua hal: Satu, dengan membaca fenomena-fenomena alam dan literatur-literatur; dan dua, dengan belajar melalui guru. Kedua metode tersebut harus dilakukan oleh setiap muslim, tidak boleh hanya salah satunya. Sebab dengan membaca saja seseorang dapat tersesat, atau denga melalui guru saja, seseorang memiliki wawasan yang sempit. Karena dengan demikian, kita sebagai kader da’wah dapat mengamalkan Islam penuh tanggung jawab, tidak berdasarkan hawa nafsu.
Kedua, membangun kembali kebersamaan kita, bahwa kita itu bersaudara, tidak dipisahkan oleh bnatasan darah, suku dan bangsa, apalagi hanya dibatasi oleh perbedaan organisasi keagamaan atau perbedaan madzhab; bahwa kita itu pelu kerjasama dan berjamaah, karena memang setiap amalan dalam Islam sangat dianjurkan dilakukan dalam berjamaah; bahwa kita tidak dapat merealisasikan sebagian besar ajaran agama Islam kecuali dengan bersama-sama. Kebersamaan dapat dibangun dengan kemampuan kita melepaskan egoisme individu masing-masing kita, sehingga kita dapat menerima dan memberi nasehat orang lain, serta mampu bersabar atas kekurangan dan perbedaan dalam kebersamaan. Sehingga kebersamaan ini membuat da’wah menjadi kuat dan dapat segera mencapai cita-citanya.
Ketiga, mengenal kembali potensi dan kelebihan diri kita; bahwa masing-masing kita memiliki kelebihan yang berbeda dengan orang lain; bahwa kelebihan kita dapat menjadi keunggulan yang dapat menutupi kekurangna orang lain; bahwa keunggulan kit adapt menghapus kelemahan kita. Yang penting, dengan keunggulan itu dapat kita jadikan sebagai sarana yang memanjangkan umur pahala kita. Sehingga kita menumbuhkannya secara terus dan menjadi kader da’wah melalui keunggulan tersebut.
Keempat, memahami kembali realitas kehidupan kita; bahwa kita hidup pada hari ni, bukan hari kemarin sangat mungkin kulturnya jauh berbeda dengan hari ini; bahwa kehidupan itu penuh denga dinamika, sehingga kita kader da’wah dituntut memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan ajaran Islam, dalam bentuk saran, metode dan cara sesuai zaman, tanpa harus keluar dari frame dasar agam ini.
Akhirnya, telah menjadi harapan kami, semoga kita dapat menjadi kader da’wah yang mempelopori pelaksanaan ajaran Islam, secara bersama-sama, berangkat dari keunggulan kita masing-masing, dalam nuansa memperhatikan keadaan, perubahan dan dinamika zaman, yang pada gilirannya Islam tidak hanya tertulis dalam Al-Qur’am tergambar dalan Sunnah dan tertarjamah dalam buku-buku, tapi menjadi kenyataan di muka bumi. Atau tidak hanya menjadi gambar dan maket, tapi dapat menjadi bangunan yang kokoh, yang semua orang dan makhluk dapat bernaung dan tinggal dengan damai dalam bangunan tersebut.

02 Juli 2009

MERANCANG HARI ESOK

Masa depan adalah suatu kepastian bagi setiap orang. Hari esok adalah masa depan bahkan satu detik yang akan datang adalah masa depan. Masa depan dibangun dari penggalan-penggalan aktivitas. Kumpulan-kumpulan aktivtas dari yang terkecil hingga yang besar menjadi komponen yang sangat penting dalam membentuk masa depan. Masa depan yang baik akan terbangun apabila komponen-komponen pembentuknya juga baik, baik niat dan baik pula prosesnya walaupun harus menempuh kepayahan atau kesusahan. Sebaliknya apabila niat dan prosesnya salah masih ada peluang untuk memperbaikinya. Itulah arifnya kehidupan.
Masa depan. Kata-kata yang senantiasa menjadi pemikiran kita. Orang-orang besar akan memikirkan masa depan yang kecil pula. Tetapi orang-orang kecil dan berfikiran kerdil juga akan berfikiran kecil terhadap masa depannya. Rasulullah saw. pun memberikan tuntunan tentang bagaimana merancang masa depan,
”Apabila engkau berharap surga maka mintalah kepada Allah syrga yang tertinggi yaitu surga Firdaus.”
Begitu tingginya cita-cita. Surga Firdaus adalah surganya para nabi dan rasul. Tetapi dalam kehidupan ini sangat banyak orang yang terlalu kecil menargetkan masa depannya. “Cukup deterima menjadi PNS saja sudah cukup” atau “aku mau bekerja dan dapat uang itu sudah cukup.” Itu dalam konteks kehidupan di dunia.
Merancang masa depan seharusnya tidak boleh terlepas dari konteks ”syukur”. Syukur bukan berarti qanaah. Bedakan antara bersyukur dengan merasa cukup. Allah swt. berfirman:
“dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, apabila engaku bersyukur (terhadap nikmat-Ku) maka akan Kutambah tapi apabila engkau kufur maka azabku sangat pedih. (Q.S. Ibrahim: 7)
Ayat di atas adalah tuntunan bagaiman seharusnya seseorang bersyukur. Tujuan syukur adalah mengharap lebih dari Allah. Itu berarti, menuntut kita untuk lebih dekat kepada Allah dan terus berupaya meningkatkan kinerja. Bukannya stagnan tapi lebih dinamis dan produktif. Setidaknya itulah yang dituliskan oleh Salim A. Fillah dalam bukunya Jalan Cinta Para Pejuang.
Dalam kaitannya merancang masa depan adalah bahwa rasa syukur akan menjadi faktor pendorong tercapainya targeta-targetan masa depan kita. Mulai dari hal-hal kecil kemudian bersyukur dengan berharap lebih dari Allah yaitu penambahan nikmat. Meningkatkan produktifitas diri dan terus berbuat kebaikan. Kemudian bersyukur kembali. Itulah siklusnya. Pada akhirnya targetan tertinggi masa depan akan menemukan capaiannya.
Namun harus diingat pula, Allah tentu memberikan ujian-ujian sebagai bentuk cinta-Nya kepada hamba-Nya yang bertaqwa. Tujuannya adalah untuk menaikan hamba-Nya kepada tingkatan lain dalam strata ketaqwaan. Sebab Allah beriman: sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa.”
Jadi, mulailah merancang masa depan Anda sejak dari sekarang. dari sebuah cita-cita besar. Diawali dari langkah kecil dan terus menerus. Insya Allah akan sampai kepada targetan-targetannya.
Wallaahu a’lamu bi shawwab.

Kasus Korupsi di UNSRI, Tamparan Keras Bagi Kami

Satu lagi sebuah tamparan keras bagi Civitas Akademika Universitas Sriwijaya. Lusa (25/6) Kejaksanaan Tinggi Sumatera Selatan telah menetapkan status Dekan Fakultas Pertanian UNSRI, Prof. Dr. Imron Zuhri sebagai tersangka kasus korupsi penyelewengan dana pengadaan kebun percontohan di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim. Kasus ini memang telah lama mengusik mahasiswa, hanya saja sebelumnya kasus ini seperti ditutup-tutupi oleh rektorat bahkan hingga kini pihak rektorat masih terus berdalih.

Terkuaknya kasus ini menjadi sebuah bukti kebusukan di dalam tubuh kampus terbesar dan ikon pendidikan di Sumatera Selatan ini. Di tengah gencar-gencarnya UNSRI untuk menjadi World Class University dan Badan Hukum Pendidikan ternyata terjadi kasus yang memalukan ini dan tentunya mencoreng wajah dunia pendidikan Indonesia secara umum. Bagaimana nanti ketika sudah menjadi BHP...?? Tentu peluang penyelewengan akan lebih besar lagi sebab pengelolaan kampus secara mandiri memberi cela untuk itu.

UNSRI saat ini terbagi dalam dua kelompok besar. Mahasiswa di satu pihak yang menginginkan penuntasan kasus ini bahkan meminta audit seluruh keuangan di UNSRI baik dekanat maupun rektorat. Pada sisi yang lain pihak rektorat berusaha menutup-nutupi masalah ini dengan alasan menjaga nama baik UNSRI. Setidaknya itulah hasil konfirmasi BEM UNSRI pada pertemuan dengan Rektor UNSRI kemarin (Jumat, 26/6). Tapi memang sewajarnya sudah mahasiswa menuntut demikian karena landasan berfikirnya adalah kebenaran. Sudah terlalu banyak kasus di UNSRI, FK terkait dana pendidikan yang cukup besar tapi ternyata tidak disetor ke negara, FH terkait penyelewengan dana pengadaan mobil dinas, kedua kasus ini tinggal menunggu dinaikannya status. Ada yg masih tahap penyelidikan dan penyidikan.

Dari beberapa kasus di atas tidak menutup kemungkinan sederet nama terkait. Atau juga Fakultas lain yang kebusukannya lebih besar akan terbongkar. Ingat wahai birokrat bermasalah, sepandai-pandai menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga...

Secara tegas BEM UNSRI menyatakan beberapa pernyataannya. Setidaknya ada Tiga Tuntutan Mahasiswa (Trituma) yang telah di sounding ke media massa dan via opini, yaitu:
Pertama, segera non aktifkan Dekan Fakultas Pertanian UNSRI saat ini sebab mahasiswa tidak ingin ada pimpinan UNSRI yang berstatus tersangka masih duduk pada jabatan strategis,
Kedua, usut tuntas seluruh kasus korupsi yang ada di UNSRI dan audit keuangan seluruh dekanat bahkan rektortat UNSRI,
Ketiga, segera lakukan reformasi birokrasi dalam tubuh UNSRI dalam hal komitmen, kejujuran, dan pelayanan.

Bagi mahasiswa UNSRI, apakah kita akan tetap diam setelah nyata kebusukan di depan mata kita...??

Seruan Aksi: Senin, 29 Juni 2009 di Rektorat UNSRI pukul 10.00 WIB. Isu: selesaikan kasus korupsi di UNSRI dengan tiga tuntutan di atas.

Hidup Mahasiswa...!!

29 Mei 2009

Sirriyah dan Amniyah Dalam Dakwah

Oleh: Elly Sumantri


“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf, 12/111).

Allah SWT menyatakan dengan tegas dalam ayat ini: 1) bahwa kisah-kisah para Nabi dan Rasul ‘alaihimus shalatu was salam terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal, 2) bahwa Al-Qur’an bukan berisi kisah-kisah yang dibuat-buat melainkan membenarkan kitab-kitab sebelumnya, 3) bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk menjelaskan segala sesuatu dan menjadi hidayah dan rahmat bagi kaum mu’minin dan mu’minah.
Berkata Imam Abu Ja’far at-Thabari rahimahuLLAH dalam tafsirnya [1]: Allah SWT mengingatkan bahwa dalam kisah Yusuf as dan saudaranya ini terdapat pelajaran bagi orang yang berakal dan agar mereka mengambil pelajaran darinya dan nasihat agar mereka mencamkan nasihat tersebut. Selanjutnya Imam at-Thabari menyebutkan beberapa riwayat yang menyatakan bahwa kisah-kisah tersebut hanya menjadi pelajaran bagi Yusuf as dan saudara-saudaranya saja (bukan bagi kita), namun beliau (Imam at-Thabari) membantahnya karena dalil dalam ayat bersifat umum kepada semua ulil-albab. [2]
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya [3] bahwa makna (tashdiq alladzii bayna yadayhi) adalah: Al-Qur’an ini membenarkan hal-hal yang shahih (dari ajaran dan kisah nabi terdahulu) dan menghilangkan hal-hal yang menyimpang, perubahan dan penggantian serta menetapkan hukum nasakh (yang dihapus) maupun hukum taqrir (hukum yang ditetapkan). Lebih jauh beliau rahimahuLLAH menjelaskan [4] bahwa makna (tafshiila kulla syai’in) bermakna menjelaskan semua yang halal dan haram, semua yang mahbub dan makruh dan hal-hal yang selainnya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya [5] wallahu ‘almu bish shawab.
Setelah itu semua maka ketahuilah wahai al-mu’minun wal mu’minaat bahwa Allah SWT Yang Maha Tinggi lagi Maha Mengetahui telah menyebutkan dalam firman-Nya bahwa metode dakwah baik secara sirriyyah maupun ‘alaniyyah keduanya merupakan metode dakwah yang shahih dan diakui di dalam Al-Qur’an, dan tidaklah yang mencelanya kecuali orang yang jahil dan ghullat (ekstrem) dari kelompok khawarij-jadiidah (khawarij gaya baru) yang dengan mudah mencela dan memvonis kelompok lain tanpa dilandasi tabayyun (check) dan ta’akkud (re-check) karena hiqd dan hasad yang telah bersarang dalam hati mereka, naudzubillahi min dzalikas shifah.
Setelah kita memahami tafsir ayat di atas, maka marilah kita bahas pula kandungan dan tafsir ayat di bawah ini:
“Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan. Kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam.” (QS Nuh, 71/8-9)
Bahwa ayat di atas digambarkan bagaimana berbagai metode dakwah telah ditempuh oleh Nabi Nuh as dalam mendakwahi kaum dan ummatnya. Nuh as adalah 1 diantara ‘ulul-’azmi minar rusul (Rasul-rasul yang memiliki ‘azzam yang kuat yang merupakan Rasul-rasul yang paling tinggi derajatnya disisi Allah SWT [6]), dimana beliau ‘alaihish shalatu was salam telah melakukan berbagai metode dalam dakwahnya baik sirriyyah maupun ‘alaniyyah.
Berkata Imam at-Thabari [7] bahwa makna Asrartu Lahum Israra adalah: Hanya antara Nuh as dengan kaumnya secara rahasia. Berkata Imam Al-Qurthubi [8] bahwa maknanya adalah Nuh as mendatangi mereka satu persatu ke rumah-rumah mereka. Sementara Imam An-Nasafi [9] menyebutkan bagaimana Nuh as mengoptimalkan semua potensi dan semua cara dalam berdakwah, pertama beliau as mendakwahi kaumnya secara rahasia siang dan malam, lalu beliau as mendakwahi mereka secara terang-terangan, kemudian beliau as menggabungkan cara rahasia dengan cara terang-terangan, demikianlah cara ber-amar ma’ruf nahyul munkar, hendaklah dimulai dengan rahasia dan lembut lalu jika tidak berhasil maka barulah menggunakan cara terang-terangan dan tegas.
Imam al-Maqrizi dalam kitabnya [10] menyitir pendapat ‘Urwah bin Zubair, Ibnu Syihab dan Ibnu Ishaq tentang waktu antara awal kenabian (turunnya QS Al-’Alaq di gua Hira’) sampai turunnya ayat Fashda’ Bimaa Tu’maru Wa A’ridh ‘Anil Musyrikiin [11] sampai pada Wa Andzir ‘Asyiiratakal Aqrabiin [12] dan ayat Qul Innii Anan Nadziirul Mubiin [13] adalah 3 tahun, Al-Baladziri [14] menyebutkan 4 tahun. Ada pula beberapa pendapat yang menganggap masa terputusnya wahyu tersebut sekitar 40 hari, 15 hari atau bahkan 3 hari [15].
Dalam sirah [16] disebutkan saat Abubakar ra memulai dakwah maka ia mulai mengajak kepada ALLAH dan Islam, yaitu orang yang diyakinkannya bisa merahasiakan dan mendengarkan dakwah, melalui dakwahnya maka masuk Islamlah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash dan Thalhah bin ‘Ubaidillah. Dalam riwayat masuk Islamnya Ammar ra diantaranya disebutkan [17]: … aku melihat Rasulullah SAW sedang bersembunyi karena dimusuhi kaumnya… Bukti lain atas masalah ini ialah perkataan Imam Ibnu Hajar dalam syarahnya atas Shahih Bukhari [18], beliau menyebutkan bahwa timbulnya perbedaan pendapat tentang siapa yang lebih dulu masuk Islam disebabkan masing-masing sahabat tidak tahu siapa saja yang sudah Islam. Bukti lain dakwah Nabi SAW secara rahasia pada periode awal tersebut adalah kisah masuk islamnya segolongan Jin yang diriwayatkan dalam hadits shahih [19] yaitu saat Nabi SAW mengumpulkan para sahabatnya di luar Makkah.
Dalam sunnah Nabi Muhammad SAW terlihat bahwa fase dakwah sirriyyah berakhir setelah Nabi SAW mendapatkan jaminan keamanan dari Allah SWT [20]. Demikianlah yang harus diikuti, yaitu pertimbangan sirriyyah dan ‘alaniyyah dalam berdakwah adalah keamanan dan perkiraan sampai serta diterimanya dakwah itu sendiri, setelah dakwah aman dilakukan secara jahriyyah, maka wajib bagi para da’i menyampaikannya secara jahriyyah, dan itulah yang dilakukan oleh para da’i Al-Ikhwan sesuai dengan as-sunnah yang shahih sampai saat ini, waliLLAHil hamdu wal minah.
Jika dikatakan bahwa peristiwa sirriyyah itu telah dihapuskan (di-nasakh) dengan ayat Wa Andzir ‘Asyiiratakal Aqrabiin [21] dan ayat Yaa Ayyuhar Rasul Balligh Maa Unzila Ilayka Min Rabbika [22], maka saya katakan bahwa ayat ini sama sekali tidak menasakh dakwah sirriyyah, selain karena dakwah sirriyyah merupakan cara dakwah yang diakui dalam Al-Qur’an dan tidak pernah dihapuskan hukumnya, selain itu nabi SAW-pun pernah melakukan dakwah sirriyyah ini sekalipun setelah ayat-ayat di atas diturunkan. Seperti saat peristiwa bai’ah Aqabah pertama [23], pada saat janji setia yang bukan janji untuk berperang ini beliau SAW melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Demikian pula saat peristiwa ‘Aqabah yang kedua [24], yang disebut sebagai janji setia untuk peperangan [25] juga dilakukan di malam hari dan secara sembunyi-sembunyi [26], bahkan sesama suku Aus dan Khazraj yang musyrik sama sekali tidak saling tahu [27]. Saat peristiwa hijrah sebagian besar sahabat ber-hijrah secara sembunyi-sembunyi [28], bahkan beliau SAW-pun melakukannya dengan sembunyi-sembunyi [29] walaupun sebagian sahabat ra ada pula yang melakukannya secara terang-terang-an [30]. Demikianlah baik sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan adalah bagian dari metode dakwah, keduanya dapat dilakukan sesuai dengan maslahat dakwah.
Dalam beberapa riwayat tersebut di atas nampak jelas tentang bahwa tahapan antara sirriyyah dan ‘alaniyyah dalam dakwah tersebut bukan merupakan bid’ah yang dibuat-buat tapi merupakan sunnah yang shahih, ia merupakan sunnah para anbiya’ wal mursalin shalawatuLLAHi was salamu ‘alayhi ajma’in. Tidak boleh diingkari oleh seorang muslim yang mu’min kepada kitabuLLAH dan mengikuti atsar salafus shalih ridhwanallahu ‘alayhi ajma’in, kalaupun terjadi perbedaan maka perbedaan tersebut semata-semata dalam memahami kapan kedua metode tersebut dilakukan dan bagaimana ia dilakukan, dan hal ini merupakan lapangan ijtihad yang tidak dihalalkan bagi mereka yang berbeda pendapat untuk memaksakan pendapatnya, apalagi sampai memvonis bid’ah bagi yang berbeda.


Amniyah ad Da’wah
Kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar di bawah komando Rosululloh tak lepas dari peran-peran intelejen dan keteguhan menjaga rahasia yang dilakukan oleh Rosululloh dan para sahabat. Betapa berharganya data dan informasi saat itu sampai Rosululloh beberapa kali mengutus sahabat untuk melakukan pengintaian, penyusupan dan penggalian informasi, begitu juga Abu Sufyan yang memimpin pasukan Quraisy melakukan hal yang sama untuk mengukur kekuatan kaum muslimin. Data dan informasi tersebut kemudian diolah untuk menentukan strategi apa yang harus dijalankan agar kemenangan dapat diraih. Berkat kecerdikan Rosululloh dalam mengolah data, mengkoordinasikan pasukan dan komando yang jelas maka perang Badar pun dimenangkan kaum muslimin.
Dakwah kita hari ini harus bercermin pada apa yang pernah dicontohkan Rosulullah. Dalam buku Manhaj Haraky dikenal istilah Sirriyatu Tandzim wa Jahriyatu Dakwah. Yaitu strategi penataan yang dirahasiakan tetapi produk seruan dakwah yang terbuka dan terang-terangan. Ketika Rosulullah SAW hijrah ke Madinah maka kerahasiaan penataan Dakwah tetap dijaga. Terutama dari golongan munafik dan Yahudi.
Seorang kader hendaknya menguasai keterampilan intelejen yang meliputi: teknik pengintaian, pengumpulan informasi, menjaga rahasia (amniyyah), menerapkan strategi aksi sampai akhirnya memenangkan pertarurangan. Amniyyah adalah memberikan jaminan keselamatan terhadap gerakan Islam dari segala hal yang membahayakan, baik yang timbul dari individu, kelompok atau dari pemerintahan yang dzolim. Adanya kerahasiaan dalam sebuah pergerakan dakwah adalah hal yang mutlak. Tidak semua hal dapat dipubikasikan ke masyarakat. Selain karena kondisi pemahaman masyarakat yang masih terbatas, faktor musuh-musuh dakwah juga harus mendapat perhatian. Aktivitas penyerapan informasi dan rencana aksi yang dijalankan menuntut nilai amniyyah yang sangat besar. Sekali terbongkar, maka gagallah semua rencana dan target. Namun jika ia terjaga maka strategi menghadapi makar musuh dapat dilakukan. Dengan demikian keselamatan gerakan dan pelaku dakwah tetap terjamin.
Secara umum Amniyyah dapat dibagi dalam dua hal. Pertama, amniyyah yang menyangkut struktur dakwah.. Seorang kader, apalagi pengurus, harus mampu mengamankan data-data penting, strategi aksi, dan kondisi internal struktur agar tidak bocor kepada pihak lain. Kalau sampai bocor, akan sangat mudah bagi musuh membaca peta kekuatan kita dan mengalahkan kita.
Kedua, amniyyah yang menyangkut pribadi kader dakwah. Seorang akhwat pernah mengeluh, ketika apa yang selama ini menjadi persoalan pribadinya tiba-tiba sudah menjadi isu publik. Seorang kader pelaku dakwah tentu memiliki berbagai persoalan pribadi, baik yang berhubungan dengan keluarga, keuangan, pekerjaan dan lainnya. Jika hal itu menjadi rahasia pribadinya, maka tentu tidak etis jika hal itu disebarluaskan. Ketika rahasia pribadi sudah terbuka, maka akan melemahkan izzah (harga diri) dan kepercayaan diri yang bersangkutan. Secara langsung akan berdampak pada kinerja dakwahnya, bahkan sangat mungkin akan menyebabkan futhur (turunnya semangat berdakwah) dan insilakh (keluarnya seorang kader dari barisan dakwah). Naudzu billahi min dzalik.

27 Januari 2009

We Will not Go Down (Song for Gaza)



(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

terjemahan:

Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Trend Gerakan Mahasiswa Masa Lalu, Masa Kini dan Prediksi yang Akan Datang


Mahasiswa adalah elemen yang tak akan pernah terpisahkan dari perjalan peradaban sebuah bangsa. Sejarah di dunia ini, baik di Barat maupun di Timur, telah menjadi bukti idealisme, kepeloporan, pemikiran kritis, konsistensi semangat perubahan, dan pergerakannya yang melekat pada sosok mahasiswa telah banyak banyak mewarnai peradaban negeri di berbagai belahan dunia.
Tidak terkecuali Indonesia. Kemerdekaan bangsa Indonesia atas kolonialisme yang telah berlangsung hampir 3,5 abad lamanya, merupakan buah dari kerja keras para tokoh muda yang lahir dari komunitas kampus. Bung Karno, Bung Hatta, HOS Cokroaminoto, dll. adalah motor penggerak rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya.
Gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Dalam perjalanannya dari masa ke masa, bangsa ini telah mengenal beberapa dekade perjuangan mahasiswa.
Lalu bagaimakan trend gerakan mahasiswa tersebut…??
Secara garis besar terdapat lima periode yang penting yang dapat dijadikan patokan seperti apakah trend gerakan mahasiswa.

Gerakan Mahasiswa Tahun 1966
Dikenal dengan istilah angkatan ’66, merupakan aksi pergerakan mahasiswa maengangkat isu bahaya laten komunis sebagai bahaya laten negara yang harus segera dimusnahkan dari bumi Indonesia. Akbar Tanjung, Cosmas Batubara, Sofyan Wanandi, dan Yusuf Wanandi adalah diantara aktivis mahasiswa yang bergerak lantang menentang komunisme. Dimana pada saat itu Partai Komunis Indonesia (PKI), sebagai pengusung paham komunisme, telah cukup hebat merasuki sektor-sektor pemerintahan.
Dukungan masyarakat terhadap pergerakan mahasiswa yang terbangun dibeberapa wilayah nusantara memaksa Presiden Sukarno untuk berpihak pada rakyat. Slogan NASAKOM yang dipaksakan Sukarno akhirnya runtuh dengan dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR). Peristiwa ini menandai berakhirnya kepemimpinan Orde Lama (ORLA) dan memasuki era Orde Baru (ORBA) dibawah kepemimpinan Suharto.
Mahasiswa, rakyat dan militer saling bergandengan tangan dalam gerakan ini. Satu isu yang diusung cukup membuat pemerintahan Soekarno goyang. ”Bubarkan PKI,” merupakan isu sentral yang akhirnya menelurkan isu-isu yang lain sehingga lahirlah ”Tritura.” Dapatlah dikatakan bahwa trend gerakan pada masa itu merupakan gerakan yang bercirikan pada kepedulian sosial dan juga merupakan gerakan refresif mahasiswa karena melihat kondisi masyarakat yang begitu memprihatinkan dan juga gerakan ini didukung oleh kekuatan militer dibelakangnya.
Akan tetapi, saat itu beberapa aktivis ‘66 memilih menanggalkan baju idealismenya untuk mengecap kenikmatan menjadi anggota parlemen, berduyun-duyun masuk Golkar, sebuah entitas yang kemudian dikecam. Orang yang paling keras memprotes perilaku memalukan ini adalah Soe Hok Gie, aktivis ‘66 sekaligus intelektual merdeka yang mati muda. Gie marah dan kecewa menyaksikan teman-temannya sesama demonstran melebur dalam kekuasaan; tidak sabar menjadi penunggu gerbang idealisme yang selama ini digemborkan lewat aksi-aksi demonstrasinya. Gie menuduh mereka pengkhianat karena telah melacurkan diri untuk meneguhkan legitimasi rezim Orba.

Gerakan Mahasiswa Tahun 1970-an
Dalam perkembangannya, pemerintahan Orde Baru dibawah kepemimpinan Suharto banyak mendapatkan penentangan dari gerakan mahasiswa. Gerakan anti korupsi muncul di tahun 1970 yang ditindaklanjuti dengan pembentukan Komite Anti Korupsi, yang diketuai oleh Wilopo. Tahun 1972 merebak Aksi Golput menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru, karena Golkar dinilai telah berlaku curang. Gerakan melawan kebijakan penggusuran pemukiman rakyat kecil akibat pembangunan Taman Mini Indonesia Indah muncul di tahun 1972.
Peristiwa Malari pada 15 Januari 1974, adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa menolak produk Jepang dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974. Dilatarbelakangi oleh Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya saat kedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka yang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974), demonstrasi disertai dengan kerusuhan. Aktivis mahasiswa yang mencuat namanya pada masa ini diantaranya Hariman Siregar, sedangkan mahasiswa yang gugur dari peristiwa ini adalah Arif Rahman Hakim.
Gerakan mahasiswa Indonesia 1978. Gerakan yang mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional pada 1977-1978 yang mengakibatkan untuk pertama kalinya kampus-kampus perguruan tinggi Indonesia diserbu dan diduduki oleh militer. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.
Salah satu ciri dari pemerintahan Orde Baru adalah kuatnya pengaruh militer yang mendukung pemerintahan. Maka dari itu, gerakan mahasiswa mau tidak mau harus berhadapan dengan tindakan refresif militer dalam hal ini ABRI. Berbagai aksi mahasiswa pastilah mendapatkan tekanan yang begitu besar.
Trend gerakan pada masa itu adalah sebuah gerakan bercirikan poloitik. Hal ini dapat dilihat dari penentangan terhadap kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Selain itu, kritik mahasiswa terhadap strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.
Secara sekilas strategi pembanguanan Orde Baru menguntungkan rakyat. Akan tetapi korban dan kerugian yang didertia oleh rakyat justeru lebih besar dari keuntungan dan manfaatnya. Misal, pembangunan sebuah sarana baik milik pemerintah, umum, ataupun perorangan dari anggota keluarga pejabat tanahnya berasal dari tanah rakyat yang dibebaskan secara paksa. Pembebasan tanah secara paksa ini tidak juga mendapatkan ganti rugi.
Rakyat tidak mampu berbuat apa-apa sebab eksekusi dilaksanakan oleh militer. Militer ketika itu seperti momok yang menakutkan bagi masyarakat. Dikenal istilah ”ABRI Masuk Desa.”

Gerakan Mahasiswa Tahun 1980-an
Pasca diberlakukannya NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Gerakan pada era ini lebih terfokus pada perguruan tinggi dengan ciri ilmiahnya yang kental akibat pemberlakuan NKK/BKK. Puncaknya tahun 1985 ketika Mendagri (Menteri Dalam Negeri) Saat itu Rudini berkunjung ke ITB. Kedatangan Mendagri disambut dengan Demo Mahasiswa dan terjadi peristiwa pelemparan terhadap Mendagri.

Gerakan Mahasiswa Tahun 1990 an
Isu yang diangkat pada Gerakan era ini sudah mengkerucut, yaitu penolakan diberlakukannya terhadap NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus /Badan Kordinasi Kampus) yang membekukan Dewan Mahasiswa (DEMA/DM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan melarang Mahasiswa terjun ke dalam politik praktis.
Organisasi kemahasiswaan seperti ini menjadikan aktivis mahasiswa dalam posisi mandul, karena pihak rektorat yang notabane-nya perpanjangan pemerintah (penguasa) lebih leluasa dan dilegalkan untuk mencekal aktivis mahasiswa yang kritis dan bersuara lantang terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Di kampus intel-intel berkeliaran, pergerakan mahasiswa dimata-matai. Dan banyak intel berkedok mahasiswa. Pemerintah Orde Baru pun menggaungkan opini adanya pergerakan sekelompok orang yang berkeliaran di masyarakat dan mahasiswa dengan sebutan OTB (organisasi tanpa bentuk). Masyarakat pun termakan dengan opini ini karena OTB ini identik dengan gerakan komunis.
Pemberlakuan NKK/BKK maupun opini OTB ataupun cara-cara lain yang dihadapkan menurut versi penguasa ORBA, tidak membuat mahasiswa putus asa, karena disetiap event nasional dijadikan untuk menyampaikan penolakan dan pencabutan SK tentang pemberlakukan NKK/BKK.
Gerakan mahasiswa dekade 90-an mencapai klimaksnya pada tahun 1998, di diawali dengan terjadinya krisis moneter di pertengahan tahun 1997. harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA, tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa dengan agenda REFORMASI nya mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat untuk mengubah kondisi yang ada, dimana rakyat sudah jenuh dengan pemerintahan yang bercokol selama 32 tahun, alih-alih mensejahterakan rakyatnya, Suharto justru semakin memperkaya keluarga dan kroni-kroninya, yang dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan Golkar).

Gerakan Mahasiswa Tahun 1998
Gerakan mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa tahun sembilan puluhan yang ditandai tumbangnya Orde Baru dengan lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, pada tanggal 21 Mei 1998. Berbagai kesatuan aksi diberbagai daerah muncul untuk menentang rezim Suharto. Di Aceh terbentuk SMUR (Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat). Di Medan muncul DEMUD dan Agresu (Aliansi Gerakan Reformasi Sumatera Utara).
Di Bandung lahir FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa Bandung), FIM B (Front Indonesia Muda Bandung), FAMU (Front Aksi Mahasiswa Unisba), GMIP (Gerakan Mahasiswa Indonesia Untuk Perubahan), KPMB (Komite Pergerakan Mahasiswa Bandung), FAF (Front Anti Fasis), KM ITB (Keluarga Mahasiswa ITB), dan KM Unpar (Komite Mahasiswa Unpar).
Di Jakarta lahir KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta), Forkot (Forum Komunitas Mahasiswa se-Jabotabek), Famred (Front Aksi Mahasiswa Untuk Reformasi dan Demokrasi), Front Nasional, Front Jakarta, KamTri (Kesatuan Aksi Mahasiswa Trisakti), HMI MPO, KB UI (Keluarga Besar Mahasiswa UI), FAM UI, Komrad (Komite Mahasiswa dan Rakyat untuk Demokrasi), Gempur (Gerakan Mahasiswa untuk Perubahan), Forbes, Jarkot, LS-ADI (Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia), dan HMR (Himpunan Mahasiswa Revolusioner).
KBM-IPB (Keluarga Besar Mahasiswa - Institut Pertanian Bogor) muncul di Bogor. Di Yogyakarta ada SMKR (Solidaritas Mahasiswa Untuk Kedaulatan Rakyat), KPRP (Komite Perjuangan Rakyat untuk Perubahan), FKMY (Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta), PPPY (Persatuan Perjuangan Pemuda Yogyakarta), FAMPERA (Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat), dan LMMY (Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta).
Di Solo, Bali, Malang, dan Surabaya juga lahir puluhan kesatuan aksi yang konsisten menentang kebijakan dan keberadaan rezim Suharto. Gerakan yang menuntut reformasi dan dihapuskannya “KKN” (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998 ini, harus berhadapan dengan berbagai tindakan represif yang menewaskan 4 aktivis mahasiswa Trisakti. Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung adalah bukti lainnya upaya represif Suharto untuk meredam gerakan ini.
Setelah bergulirnya reformasi pada tahun 1998, pergerakan mahasiswa dihadapkan pada pluralitas gerakan yang sangat tinggi. Mahasiswa pada saat ini memiliki garis perjuangan dan agenda yang berbeda dengan mahasiswa lainnya.

Gerakan Mahasiswa saat ini
Mahasiswa Pengawal Reformasi
Peran dan fungsi mahasiswa harus kembali dipertegas. Mahasiswa harus mampu mengawasi dan mengontrol reformasi secara utuh seperti saat mereka membidani kelahirannya bulan Mei 1998. Meski demikian, sungguh bahwa mahasiswa masih memiliki idealisme untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia, atau setidaknya di daerahnya masing-masing.
Mahasiswa tetap dikenal masyarakat sebagai agent of change. Hal ini memberikan konsekuensi logis kepada mahasiswa untuk bertindak dan berbuat terus-menerus sesuai dengan gelar yang melekat pada dirinya. Mahasiswa harus tetap memiliki sikap kritis, dan mengambil peran untuk melakukan banyak perubahan terbaik untuk bangsanya.
Di alam demokrasi, suara lantang mahasiswa merupakan representasi dari realitas sosial di masyarakat yang sering kali dikesampingkan oleh para penguasa negeri ini. Masalah pendidikan, pengangguran, beban ekonomi, kesenjangan sosial, moralitas, dan korupsi merupakan beberapa hal yang sering kali menjadi energi bagi mahasiswa untuk terus bergerak membela dan menyuarakan jeritan rakyat.
Gerakan Mahasiswa saat ini bisa dikatakan sebagai kelanjutan dari gerakan mahasiswa ’98. Ciri-ciri gerakan ’98 pun masih tetap melekat pada gerakan mahasiswa saat ini. Walaupun dilihat dari pola dan strategi yang digunakan agak berbeda karena kondisi saat ini jauh berbeda dengan kondisi 1998.
Pada tahun 1998, mahasiswa dihadapkan pada situasi yang memaksanya untuk bergerak cepat dan sedikit memaksa. Berbeda dengan situasi saat ini yang cukup dirasakan aman dan nyaman. Akan tetapi, ternyata situasi yang aman dan nyaman inilah yang menjadikan gerakan mahasiswa kembali mengalami kemunduran dalam hal militansi. Kalau pada era 1998 hingga 2002, mahasiswa yang turun ke jalan hingga puluhan ribu orang, maka saat ini jumlah itu tidak akan ditemukan lagi.
Gerakan mahasiswa saat ini kembali bercirikan pada gerakan ilmiah. Suburnya kembali kelompok-kelompok diskusi dengan berbagai tema kembali menghiasi setiap kampus yang ada di Indonesia denag tetap sekali- sekali turun ke jalan untuk mengireksi berbagai kebijakan pemerintah.
Isu sentral bersamapun sangat jarang digaungkan. Ciri gerakan kedaerahan yang saat ini mulai dikedepankan. Semoga semua ini adalah sebagai awal dari pembentukan karakter dan trend lain dari pergerakan mahasiswa secara nasional.
Kalau boleh menyoroti, kebijakan pemerintah berkaitan dengan BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang saat ini sedang menjadi pembahasan DPRRI patut dan harus disikapi. Masalah ini dapat menjadi isu sentral gerakan mahasiswa secara menyeluruh di Indonesia. Kalau memang diperlukan usaha-usaha seperti yang pernah dilakukan pada tahun 1998 atau sebelumnya maka itu mesti dilakukan. Maka dapat dipastikan akan ada perpaduan ternd gerakan antara ilmiah dan politik yang langsung mengkritisi kebijakan pemerintah.
Ke depan, melihat kondisi yang terjadi sebelum dan pada saat ini, maka saya memprediksikan bahwa peristiwa-peristiwa sejarah akan kembali terulang. Kalau pada tahun 1966 rakyat bersama militer menumbangkan rezim Orde Lama, maka hal itu kemungkina akan terjadi kembali. Begitu pula dengan trend gerakan tahun 70,80,90-an dan bahkan 1998 kemungkina akan terulang di masa yang akan datang datang.
Akan tetapi, sesuai dengan yang telah saya sebutkan di atas bahwa saat ini ternd gerakan mahasiswa 1998 masih tetap terasa ditambah dengan budaya ilmiah yang kembali terasa seperti pasca 1978. bisa jadi gerakan mahasiswa ke depan (akan datang) memadukan dua hal tersebut.
Yang jelas mahasiswa akan terus bergerak sepanjang zaman dengan trend yang juga sesuai dengan kondisi zaman itu. Harapan kita semua adalah ”adanya perubahan di negri Indonesia ini sehingga tercipta kehidupan yang adil, aman, dan sejahtera.
Hidup Mahasiswa Indonesia……..!!!!!

*) Penulis adalah Ketua Umum HMPPKn FKIP UNSRI yang saat ini sedang belajar di Leadership School of KM UNSRI..