11 Juni 2010

Sekolah Islam Terpadu: Fenomena Pendidikan Indonesia

Sejarah pendidikan Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pendidikan modern saat ini yang banyak menggabungkan beberapa unsur sesungguhnya adalah bentuk pengembangan dari sitem pendidikan Indonesia zaman dahulu. Model pendidikan yang sampai saat ini tetap diterapkan sebagaimana aslinya, kemudian ada juga yang mengalami perkembangan yaitu pembauran antara model pendidikan tradisional dengan model pendidikan modern.
Pesantren yang lebih mengedepankan pendidikan Islam adalah model pendidikan tertua di Indonesia sekaligus sebagai cikal bakal model pendidikan modern juga. Sejarah pesantren, seperti yang saya sebutkan di atas tidak adapat dilepaskan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai perjuangan. Jauh sebelum bangsa Eropa masuk dan menjajah nusantara (Indonesia, Malaysia, Pilifina) pesantren telah ada dan menjadi satu-satunya sistem pendidikan saat itu dan memang disupport oleh pemerintahan Islam saat itu yaitu kesultanan-kesultanan yang berkuasa di daerah-daerah.
Ketika penjajah mulai menduduki beberapa wilayah nusantara, pesantren tidak hanya menjadi tempat mencari ilmu, pesantern juga menjadi tempa pengkaderan para pejuang-pejuang yang akan membebaskan negerinya dari tangan penjajah. Jadilah pesantren dengan masjid sebagai pusatnya menjadi barak-barak militer. Hal ini terus berlanjut ketika sampai Indonesia merdeka. Bahkan laskar-laskar rakyat yang turut berjuang sesungguhnya berasal dari kaum santri dengan semangat jihad fii sabiilillah dan salah satunya adalah Panglima Besar TNI yang pertama yaitu Jenderal Soedirman.
Pada saat itu telah berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan lain yang mengadopsi sistem pendidikan Barat. Lembaga pendidikan seperti taman siswa dan lainnya juga menjadi salah satu pencetak generasi pejuang. Hanya saja, karena mengadopsi sistem Barat maka tentunya hawa sekulerisme juga terasa. Dikotomi antara pendidikan agama (Islam) dengan pendidikan umum diberlakukan di sekolah-seklah tersebut sehingga tidak sedikit juga melahirkan tokoh-tokoh pergerakan yang sekuler. Fenomena ini terus berlangsung hingga saat ini karena memang sistem pendidikan kita membedakan antara pendidikan umum dengan pendidikan agama. Belum ada regulasi untuk mengintegrasikan keduanya.
Akan tetapi, akhir-akhir ini kita begitu terperangah dengan sebuah fenomena yang begitu mencengangkan. Sekolah Islam berdiri dimana-mana. Mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak bahkan Play Group hingga Perguruan Tinggi Islam. Fenomena ini muncul menjelang awal tahun 2000-an, hingga sekarang bagaikan jamur di musim hujan. Yang luar biasa adalah ternyata para peminat sekolah-sekolah Islam ini begitu banyak. Ada apa sebenarnya dengan sekolah-sekolah Islam yang sering disebut dengan Sekolah Islam Terpadu ini? Ada banyak misalkan TK Islam Terpadu (TK IT), Sekolah Dasar Terpadu (SD IT), SMP IT, SMA IT. Apakah ini sebuah bentuk kebosanan masyarakat kita terhadap sistem pendidikan konvensional yang terkesan sekuler dan mendikotomi antara pendidikan umum dengan pendidikan agama? Apakah ini tanda bahwa masyarakat kita sudah sadar bahwa sudah saatnya kita kembali kepada sistem Islam yang lebih modern dan manusiawi? Ada begitu banyak pertanyaan yang menggelayuti fikiran kita.
Akan tetapi, saya menilai ada beberapa hal yang menjadikan Sekolah Islam Terpadu menjadi sebuah fenomena dalam pendidikan kita. Pertama, secara historis memang bangsa Indonesia tidak akan pernah lepas dari nilai-nilai religius yang menjadi sumber dan daya kekuatan bangsa ini. Sesungguhnya yang memperjuangkan bangsa ini di garis depan adalah kaum santri yang siap berjuang dan berperang. Tapi, tidak semua ternyata memegang senjata, ada diplomat ulung seperti K.H. Agus Salim, Guru dari para Founding Fathers kita HOS. Cokroaminoto, dua pendidir Ormas besar yang bertujuan untuk kemerdekaan bangsa, K.H. Hasyim As’arie (pendiri NU) dan K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), negarawan seperti M. Natsir atau seorang tokoh militer bintang lima seperti Jenderal Soedirman dan begitu banyak lagi. Mereka adalah para tokoh pesantren dan santri yang berjuang berdasarkan kemampuan dan kapasitas masing-masing.
Kedua, pada dasarnya manusia selalu ingin kembali kepada fitrahnya. Allah SWT. telah menciptakan manusia sebagai makhluk terbaik diantara makhluk-makhluknya yang lain yang mampu berfikir. Kecenderungan manusia mempengaruhi apa pilihannya. Setelah sekian lama manusia Indonesia dicekoki dengan sistem sekuler walau disamarkan membuat jiwa bangsa ini memberontak. Upaya-upaya untuk mencerabut bangsa ini dari akar budayanya ternyata tidak berhasil. Masyarakat bosan dengan Sistem Pendidikan Nasional dan model pendidikan umum yang terus memisahkan antara pendidikan agama (Islam) dengan pendidikan umum. Itulah fitrah manusia yang ingin memenuhi relung jiwanya dengan cahaya Allah.
Ketiga, Sekolah Islam Terpadu menawarkan hal yang lebih dibandingkan dengan pendidikan umum. Selain mengintegrasikan pendidikan agama dengan pendidikan umum, Sekolah Islam Terpadu juga memberikan siswanya skill sesuai dengan bakatnya masing-masing. Selain itu, pola pembelajarannya juga sedikit berbeda dan memang mengakomodir hak-hak siswa sebagai penuntut ilmu. Hal ini sebenarnya mencoba menjawab tantangan zaman yang ke depan akan masuk para era globalisasi dan perdagangan bebas. Anak-anak Indonesia harus sudah dibekali cara-cara manajerial, skill dan sebagainya yang menunjang dirinya untuk mampu bersaing. Tentunya membentuk karakter mereka bukan untuk menjadi tenaga kerja tetapi yang membuka lapangan kerja.
Ketiga hal itulah yang membuat Sekolah Islam Terpadu sangat diminati oleh sekian banyak masyarakat Indonesia saat ini. Semoga kehadiran sekolah-sekolah ini akan memberikan dampak positif bagi ummat untuk kembali sadar bahwa kita harus kembali fitrah kita.Wallahu a’lamu bishshawwab.

Ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang bermaksiat.
Tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum sebab semuanya adalah ilmu yang berasal dari Allah.

0 komentar:

Posting Komentar