22 November 2009

Hanya Sebuah Seruan

Dengar hai dengar seruan beraksi
Untukmu segenap penegak reformasi
Bergerak bersama tuntaskan reformasi slamatkan rakyat negeri ini
Amanah pertiwi jangan dikhianati enam visi reformasi dinanti

Masih ingatkah kawan-kawan semua dengan lirik lagu yang begitu menggelorakan jiwa tersebut. Mendengarnya akan membangkitkan jiwa perlawanan Anda terhadap ketidak adilan. Apalagi bila kita benar-benar menjalankan amanah lirik syair di atas.
Tapi justeru yang terjadi saat ini jangankan mendendangkan lagu tersebut di jalanan kawan, mendengarkannya pun kita mungkin tak sudi sebab itu adalah lagu klasik yang tidak lagi sesuai dengan zaman sekarang. Maklum zaman sekarang adalah zamannya berdiplomasi lebih utama, tak berhasil pun tak apa-apa toh sudah dapat jatah beasiswa. Kata-kata "Seruan Beraksi" menjadi kata-kata yang sangat tabuh. Bagaimana tidak, mengungkap kasus korupsi di kampus sendiri tidak berani sebab takut intimidasi. Atau juga mengkritisi kebijakan birokrat tak punya nyali karena merasa hutang budi. Bagaimana pergerakan tidak mati jika kondisinya seperti ini...??
Retorika-retorika sampah dimana-mana mulai dituliskan. Seruan untuk kembali memilih pada perhelatan akbar tahunan "PEMIRA UNSRI" juga mulai bertebaran. Duh sedihnya diriku melihat para mahasiswa hanya menjadi alat tapi toh nanti setelah terpilih tak ada yang berfikir kesejahteraan mereka... Lagi-lagi yang terpilih tak punya taji, tak punya nyali untuk menggedor pintu birokrasi. Lagi pula Komisi Pemilihan Umum tidak transparan, tidak independen, tidak adil dan tidak jujur. Pengebirian terhadap hak-hak mahasiswa ini terlihat dari minimnya waktu pendaftaran Bakal Calon Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa. Tidak independen dan tidak jujur karena ternyata ada pasangan Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa yang tidak mampu melengkapi syarat administrasi pada waktu yang ditentukan (Jum'at, 20 November 2009 pukul 24.00 WIB). Bahkan yang paling menyedihkan adalah Ketua KPU tidak bersedia memberikan informasi nama-nama Bakal Calon yang telah mengembalikan formulir. Padahal itu adalah hak publik untuk mengetahuinya dan mengaksesnya setiap saat.
Apakah ini yang dimaksudkan oleh KPU dan sebagian "orang-orang besar" kampus sebagai pencerdasan politik...?? Bukankah sebaliknya bahwa ini adalah pembodohan terhadap mahasiswa, pembohongan dan pengebirian hak-hak mahasiswa. Konstituen dibodohi dan yang berkepentingan merasa puas. Itu timbal baliknya. Saya tidak menyalahkan ada yang berkepentingan di sini, yang saya permasalahkan adalah cara-cara yang dipakai untuk mencapai kepentingan itu ternyata tidak baik.
Bagi Anda yang merasakan hal yang sama yang tidak mau membohongi hati nuraninya maka saya yakin Anda pasti sepakat dengan saya. Untuk apa meneruskan sesuatu yang telah cacat sejak awal dan cacatnya itu sendiri ternyata juga dilakukan dalam kondisi sadar. Hanya ada dua pilihan saat ini kawan, dan ini hanya sekali lagi hanya sebuah seruan bagi Anda yang tidak ingin membohongi hati nurani. Pilihannya "BUBARKAN KPU atau BOIKOT PEMIRA UNSRI."

ditulis dengan penuh keharuan mengenang kejayaan masa lampau. Tapi sayang perjuangan dan pengorbanan itu telah dinodai...
Oleh : Elly Sumantri
CP : 085268393362
email : kak_elly_fkipunsri@yahoo.co.id
facebook : syabab_alfath@yahoo.com
http://www.ellysumantri.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar