11 Juli 2011

SABAR, MANIFESTASI KEYAKINAN DAN KETAATAN

Membaca karya orang-orang ikhlas dalam beberapa kitab klasik sungguh suatu yang sangat bermanfaat. Kedalaman ilmu mereka adalah sumber ilmu yang melimpah yang mata airnya tidak pernah kering. Sebut saja kitab Al-Hikam karya Ibnu ‘Atha’illah al-Sakandari, kata-katanya memiliki jiwa hingga tiap orang yang membacanya akan merasakan betapa segar dan sejuknya kata-kata tersebut.
Saya kutip dari kata-katanya tentang takdir dan anugerah yang berbunyi:
لا يكن تأخر أمدالعطاء مع الإلحاح في الدعاء موجبا ليأسك فهو ضمن لك الإجابة فيما يختاره لك لا فيما تختار لنفسك وفي الوقت الذي يريد لا في الوقت الذي تريد
Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan. Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau ingini.
Menyentuh dan indah. Itulah kesan pertama ketika kita membacanya. Tapi akan lebih indah ketika kita menyelami maknanya yang begitu dalam. Ibnu ‘Atha’illah mengajarkan kepada kita tentang kesabaran akan kehendak Allah.
Allah-lah yang paling tahu keadaan dan keinginan kita. Bahkan, saat kita sendiri bingung dengan kondisi yang meliputi kita dan banyaknya keinginan yang mengganggu pikiran kita. Hanya saja, kita sering tidak sabar dengan ketentuan-Nya atau bisa jadi kita abai terhadap setiap “signal” pengabulan-Nya. Permintaan kita berubah-ubah, tidak istiqamah. Tetapi pengabulan dari Allah selalu saja kita tuntut tunai. Do’a kita perlakukan seperti sebuah garansi tanpa batas. Padahal, berulangnya doa tak berarti berturut-turutnya pengabulan. Allah yang Maha Mengetahui segala kebutuhan kita. Itulah penjelasan singkat dari Imam Sibawaih El-Hasany.
Kesabaran, itulah inti dari kata-kata emas Ibnu ‘Atha’illah. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan bahwa:
الصبر يعين على كل عمل
Kesabaran akan menolong setiap pekerjaan.
Tentang kesabaran, kita akan diingatkan pada suatu kisah antara Ummu Sulaim dan Abu Thalhah. Suatu ketika, anak mereka yang sangat mereka sayangi mengalami sakit panas yang sangat tinggi. Abu Thalhah pun harus meninggalkan ibu dan anak ini dalam keadaan cemas. Dia seorang pedagang, maka dia harus berdagang guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Pada akhirnya, Allah berkehendak lain pada anak tersebut, sang anak harus kembali menghadap Allah, ia meninggal dunia. Bercucuranlah air mata Ummu Sulaim, ia meminta kepada semua orang untuk tidak memberitahukan meninggalnya anak mereka kepada sang suami, Abu Thalhah karena dia sendiri yang akan menceritakannya.
Malam hari setelah isya’ Abu Thalhah pun pulang dan serta merta menanyakan keadaan anaknya. Dilihatnya sang anak terbaring di tempat tidur dengan tenang. Mereka pun tidur bersama jenazah anak mereka malam itu dan Abu Thalhah belum mengetahui bahwa anaknya telah meninggal.
Keesokan harinya, Abu Thalhah pun heran karena sang anak tak kunjung bangun. Hingga Ummu Sulaim pun bertanya suatu hal, “wahai Abu Thalhah, bagaimanakan jika seandainya kita meminjam suatu peralatan dapur kepada tetangga kita dan suatu hari tetangga kita menginginkan barang yang kita pinjam itu dikembalikan?” Abu Thalhah pun menjawab, “segera kita kembalikan barang-barang itu dan berterima kasih karena telah bersedia meminjamkannya kepada kita.” Dari sanalah akhirnya Ummu Sulaim menceritakan kepada Abu Thalhah bahwa sang anak telah tiada. Betapa sedih Abu Thalhah hingga bercucuran air matanya.
Mereka pun menceritakan peristiwa tersebut kepada Rasulullah. Rasulullah ternyata memberikan respon yang sangat positif dengan mengatakan, “bergembiralah kalian wahai Abu Thalhah dan Ummu Sulaim, kalian seperti pengantin baru kembali.” Sebagai ganti dari kesabaran mereka, Allah menganugerahkan kepada mereka tujuh anak yang kesemuanya menjadi ahli al-Qur’an. Semuanya menjadi para penghafal al-Qur’an. Itulah ganjaran atas kesabaran dua sahabat nabi yang mahar pernikahannya adalah keislaman Abu Thalhah.
Begitu tinggi posisi kesabaran hingga Allah menempatkan posisinya sebagai penolong.
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ {2/45} الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-Baqarah: 45-46)
Allah mengatakan bahwa kesabaran bukanlah suatu hal yang mudah dan ringan. Sabar tidak hanya dalam artian mendapatkan musibah semata, lantas seseorang tegar. Banyak orang yang diuji dengan musibah, kesempitan, kesusahan tapi ia mampu menghadapi dan lulus terhadap ujian kesabaran semacam itu. Namun, tak sedikit yang tidak mampu melewati ujian kesabaran ketika ujian yang diberikan berupa kenikmatan, kelapangan dan kesenangan serta kedudukan yang tinggi. Banyak yang melupakan bahwa dia harus bersabar atas semua itu dengan wujud kesabaran yang berbeda yaitu rasa syukur pada Allah.
Ada kriteria khusus yang Allah berikan, siapakah orang yang mampu melewati pintu kesabaran tersebut? Yaitu orang-orang yang khusyu’. Khusyu’ dalam pengertiannya tunduk, patuh dan merendahkan diri di hadapan Allah. Maka Allah mendefinisikan orang-orang khusyu’ dalam ayat ini adalah mereka yang meyakini dan sadar bahwa mereka adalah milik Allah dan pasti akan kembali menemui Allah.
Sebagai bagian akhir dari tulisan singkat ini adalah sebuah renungan bahwa tidak semua yang kita inginkan itu paralel dengan kehendak Allah. Dia lebih mengetahui diri kita dan segala kebutuhannya selain diri kita ini. Bersabar adalah kunci utama untuk mendapatkan yang terbaik dari Allah. Saya akan kutip kembali kata Ibnu ‘Atha’illah:
لا يشككنك في الوعد عدم وقوع الموعود وإن تأين زمنه لئلا يكون ذلك قدحا في بصيرتكوإخمادا لنور سريرتك
Jangan sampai tidak terwujudnya apa yang Dia janjikan membuatmu ragu meskipun waktunya telah jelas. Hal itu supaya tidak mengaburkan pandangan mata hatimudan memadamkan cahaya lubuk jiwamu.

0 komentar:

Posting Komentar