02 Juli 2009

MERANCANG HARI ESOK

Masa depan adalah suatu kepastian bagi setiap orang. Hari esok adalah masa depan bahkan satu detik yang akan datang adalah masa depan. Masa depan dibangun dari penggalan-penggalan aktivitas. Kumpulan-kumpulan aktivtas dari yang terkecil hingga yang besar menjadi komponen yang sangat penting dalam membentuk masa depan. Masa depan yang baik akan terbangun apabila komponen-komponen pembentuknya juga baik, baik niat dan baik pula prosesnya walaupun harus menempuh kepayahan atau kesusahan. Sebaliknya apabila niat dan prosesnya salah masih ada peluang untuk memperbaikinya. Itulah arifnya kehidupan.
Masa depan. Kata-kata yang senantiasa menjadi pemikiran kita. Orang-orang besar akan memikirkan masa depan yang kecil pula. Tetapi orang-orang kecil dan berfikiran kerdil juga akan berfikiran kecil terhadap masa depannya. Rasulullah saw. pun memberikan tuntunan tentang bagaimana merancang masa depan,
”Apabila engkau berharap surga maka mintalah kepada Allah syrga yang tertinggi yaitu surga Firdaus.”
Begitu tingginya cita-cita. Surga Firdaus adalah surganya para nabi dan rasul. Tetapi dalam kehidupan ini sangat banyak orang yang terlalu kecil menargetkan masa depannya. “Cukup deterima menjadi PNS saja sudah cukup” atau “aku mau bekerja dan dapat uang itu sudah cukup.” Itu dalam konteks kehidupan di dunia.
Merancang masa depan seharusnya tidak boleh terlepas dari konteks ”syukur”. Syukur bukan berarti qanaah. Bedakan antara bersyukur dengan merasa cukup. Allah swt. berfirman:
“dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, apabila engaku bersyukur (terhadap nikmat-Ku) maka akan Kutambah tapi apabila engkau kufur maka azabku sangat pedih. (Q.S. Ibrahim: 7)
Ayat di atas adalah tuntunan bagaiman seharusnya seseorang bersyukur. Tujuan syukur adalah mengharap lebih dari Allah. Itu berarti, menuntut kita untuk lebih dekat kepada Allah dan terus berupaya meningkatkan kinerja. Bukannya stagnan tapi lebih dinamis dan produktif. Setidaknya itulah yang dituliskan oleh Salim A. Fillah dalam bukunya Jalan Cinta Para Pejuang.
Dalam kaitannya merancang masa depan adalah bahwa rasa syukur akan menjadi faktor pendorong tercapainya targeta-targetan masa depan kita. Mulai dari hal-hal kecil kemudian bersyukur dengan berharap lebih dari Allah yaitu penambahan nikmat. Meningkatkan produktifitas diri dan terus berbuat kebaikan. Kemudian bersyukur kembali. Itulah siklusnya. Pada akhirnya targetan tertinggi masa depan akan menemukan capaiannya.
Namun harus diingat pula, Allah tentu memberikan ujian-ujian sebagai bentuk cinta-Nya kepada hamba-Nya yang bertaqwa. Tujuannya adalah untuk menaikan hamba-Nya kepada tingkatan lain dalam strata ketaqwaan. Sebab Allah beriman: sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa.”
Jadi, mulailah merancang masa depan Anda sejak dari sekarang. dari sebuah cita-cita besar. Diawali dari langkah kecil dan terus menerus. Insya Allah akan sampai kepada targetan-targetannya.
Wallaahu a’lamu bi shawwab.

0 komentar:

Posting Komentar