Lebih dari 60 tahun Palestina di bawah baying-bayang kekejian dan kekejaman zionis Israel. Sejak tahun 1948, setelah deklarasi berdirinya Negara Israel drama pembantaian dan pemusnahan juga mulai dimainkan. Palestina yang sebelumnya merupakan Negara berdaulat da sangat damai menjadi luluh lantak. Betapa tidak, sebelumnya tiga komunitas agam besar dunia, Islam, nashrani (Kristen) dan Yahudi hidup berdampingan dengan damai. Namun, gerakan zionis Israel telah merusak semuanya.
Drama kekejian dan pembantaian itu terus berlanjut sehingga melahirkan sebuah gerakan perlawanan dari rakyat Palestina. Meletuslah “Intifadhah” yang merupakan gerakan perlawanan untuk pembebasan Palestina. Tapi ada ketidakseimbangan, Israel menggunakan senjata lengkap tapi Rakyat Palestina hanya menggunakan batu sebagai senjata.
Sudah lebih dari satu minggu Palestina mengalami serangan besar-besaran yang membabi buta dari Israel. Mengapa saya katakana membabi buta? Pasukan Israel tidak hanya membunuh tentara Militer Hamas yang mereka anggap sebagai teroris dan pemberontak tapi mereka justeru membunuh anak-anak, wanita dan orang-orang sipil lainnya. Sudah lebih dari 400 jiwa yang melayang serta 2000 orang yang terluka. Tragedi ini merupakan tragedi kemanusiaan terbesar abad ini setelah tragedi penyerangan Irak dan Afganistan oleh Amerika Serikat.
Sebuah pertanyaan besar ada di benak kita. Benarkah Harakah al-Muqawwamah al-Islamiyyah (HAMAS) itu teroris dan pemberontak. Hamas dengan pendirinya Syaikh Ahmad Yassin, seorang tokoh yang sangat disegani oleh rakyat Palestina dan ditakuti serta dibenci oleh Israel tentu mempunyai tujuan mulia. Tujuannya tak lebih adalah membebaskan Palestina dari penjajahan tanpa kenal kompromi dengan pihak Israel karena memang pihak Israel bukanlah orang-orang yang bisa diajak kompromi apalagi berdamai. Dalam sejarah dunia, Bani Israil adalah bangsa yang suka membangkang bahkan terhadap nabi-nabi mereka. Melanggar perjanjian atau perundingan damai merupakan hal biasa. Maka dari itu saya fakir wajar kalau kelompok Hamas enggan untuk berunding. Kemerdekaan dan kemuliaan hanya akan didapat melalui perjungan dan perlawanan.
Mengapa pula kita harus membela Palestina? Pertama, perlu kita ketahui semua, bahwa tidak ada lagi penjajahan di atas dunia yang bentuknya kuno kecuali yang terjadi pada penjajahan terhadap Palestina. Masyarakat dibayang-bayangi ketakutan oleh berbagai macam “mesin pembunuh”. Kedua, selain itu pula, di Yerussalem Palestina, berdiri sebuah masjid mulia “Masjid al-Aqsa” yang merupakan kiblat pertama ummat Islam sebelum ditetapkan Ka’bah sebagai kiblat. Masjid al-Aqsa menjadi tanggung jawab semua ummat Islam untuk menjaga kemuliaannya.
Ketiga, Palestina adalah tempat singgah Rasulullah Muhammad saw. ketika Isra’ Mi’raj dan merupakan tempat bertolaknya ketika mi’raj. Keempat, Palestina merupakan negerinya para nabi, tempat para nabi dilahirkan, kemudian berdakwah dan tidak sedikit juga yang meninggal dan dimakakamkan di sana. Masih banyak lagi alasan-alasan kuat lainnya yang menyebabkan kita harus membela bumi para nabi tersebut.
Bagi Indonesia, terdapat sebuah ruang catatan sejarah tersendiri untuk Palestina. Dua Negara yang tidak bisa dikatakan mempunyai hubungan diplomatik saja tapi benar-benar bersahabat dekat. Palestina-lah yang sebenarnya pertama kali mengakui kedaulatan Republik Indonesia baru setelah itu Mesir. Perdana Menteri Palestina ketika itu menyumbangkan seluruh uangnya yang ada di Bank untuk Indonesia. Selain itu, pada saat terjadinya tsunami di Aceh dan Sumut ternyata Palestina masih mengirimkan bantuan kemanusiaan baik obat-obatan dan relawan di tengah kemelut perang dan kekjian Israel yang terus membanyangi.
Saya rasa tidak ada alasan lagi bagi kita bangsa Indonesia untuk tidak membantu dan membela Palestina. Permasalahan Palestina bukan hanya permasalahan bangsa Palestina saja atau permasalahan bangsa Arab saja , tetapi permasalahan Palestina adalah permasalahan kita semua, ummat Islam seluruh dunia.
0 komentar:
Posting Komentar